TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan akan melakukan wawancara mendalam terhadap para pelaku penganiayaan tokoh agama. Tujuannya, kata dia, untuk mencari tahu adanya keterkaitan para pelaku dalam kasus penyerangan.
"Yang sudah tertangkap, kami akan deep interview, interview lebih dalam, mendalami, apakah ada koneksi satu case ke case yang lainnya," kata Tito di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta pada Rabu, 14 Februari 2018.
Baca: Penyerangan Tokoh Agama, Jusuf Kalla Yakin Tak Terkait Politik
Kepolisian, kata Tito, juga akan melakukan langkah-langkah pencegahan dan preventif terkait kekerasan yang belakangan dialami para tokoh agama. Ia mengaku sudah memberi instruksi kepada para kepala kepolisian daerah di Indonesia untuk memperketat pengamanan di tempat ibadah. "Saya sudah mengingatkan Polda-Polda untuk lebih mendekat pada tempat ibadah dan ulama," ujarnya.
Tindak kekerasan terhadap tokoh agama terjadi belakangan ini. Sejak awal tahun, tercatat setidaknya empat kasus penyerangan. Peristiwa teranyar dialami Romo Edmund Prier dan sejumlah jemaatnya di Gereja St Lidwina Bedhog Trihanggo, Sleman, Yogyakarta pada Ahad, 11 Februari 2018. Pelakunya bernama Suliyono, 23 tahun.
Baca: PBNU: Penyerangan Tokoh Agama Siratkan Kebencian atas Keagamaan
Kekerasan juga terjadi pada Umar Basri, tokoh Nahdlatul Ulama dan pengasuh Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Pelaku berinisial A, 50 tahun, dan sudah ditangkap. Namun, polisi mengatakan bahwa kondisi A mengalami gangguan jiwa.
Selain itu, kekerasan dialami Komandan Brigade PP PERSIS Ustad Prawoto, di Blok Sawah Kelurahan Cigondewah Kaler Kota Bandung, Jawa Barat pada 1 Februari 2018. Begitu juga dengan tokoh agama lain, yaitu Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten.