TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menyatakan calon wakil presiden (cawapres) paling ideal untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi berasal dari kalangan santri. Kolaborasi ini akan menutupi kekurangan calon presiden itu.
Berdasarkan survei LSIN, Jokowi masih kurang religius dan rentan diserang isu SARA. Kedua isu ini berpotensi menggerus elektabilitas Jokowi yang tinggi seperti terlihat dalam berbagai survei jika tak ditangani, layaknya Pilkada DKI Jakarta 2017. "Kolaborasi dengan santri bisa jadi kunci kemenangan Jokowi," ujar Direktur LSIN Yasin Mohammad di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Ahad, 11 Februari 2018.
Baca juga: PPP Menyebut Romahurmuziy Belum Deklarasikan Diri Jadi Cawapres
Pakar Komunikasi Publik, Emrus Sihombing, mengatakan menggandeng kalangan santri sebagai cawapres bisa jadi solusi untuk menutupi kekurangan tersebut. Namun calonnya perlu memenuhi sejumlah kriteria.
"Tokoh santri yang dipilih harus moderat," kata Emrus. Tokoh tersebut harus menghargai pluralisme, mencintai Indonesia, dan sepakat dengan pancasila.
Emrus mengatakan pasangan yang dipilih Jokowi juga harus berintegritas. Saat ini Indonesia menghadapi tiga tantangan besar yaitu korupsi, narkoba, dan tindakan tidak produktif seperti hoax dan hate speech. "Jadi saya kira sosok santri ini harus yang sudah selesai dengan dirinya. Yang sudah transcedental," kata dia.
Direktur Eksekutif Vox Populi Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan kolaborasi dengan kalangan santri bisa menambah menguntungkan Jokowi. Dukungan dari segmen pemilih yang berbeda bisa menambah basis massa.
"Cawapres untuk Jokowi syaratnya harus punya irisan yang agak berbeda. Kalau segmen pemilihnya sama, tidak bisa mendongkrak perolehan suara," ujar Pangi.
Baca juga: Megawati Mulai Mencari Cawapres Jokowi untuk Pilpres 2019
Dia mengatakan, Jokowi tetap harus mempertimbangkan sejumlah hal jika ingin menggandeng santri. Salah satunya adalah memastikan calon pasangannnya memiliki partai.
Tanpa dukungan partai, Pangi menilai prosesnya akan berat bagi Jokowi. Menurut dia partai bisa jadi sumber amunisi dana berkampanye. "Pilpres itu untuk permulaan saja Rp 14-15 triliun paling sedikit," kata dia.
Cawapres yang dipilih juga harus memiliki elektabilitas yang menjanjikan. "Faktor lain yang tidak bisa diremehkan adalah punya grass root yang kuat," ujar Pangi.