TEMPO.CO, Jakarta - Terseretnya Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko dan anak buahnya dalam kasus dugaan korupsi dana kapitasi puskesmas di Kabupaten Jombang, dianggap mencederai citra kabupaten tersebut yang dikenal agamis karena banyak pesantren di sana. Ulama di Jombang pun angkat bicara terkait kasus yang menimpa Bupati Nyono dan pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Jombang, Inna Silestyowati.
Salah satu akademisi dan ulama muda di Jombang, Zahrul Azhar, prihatin atas kasus yang menimpa orang nomor satu di kota yang melahirkan banyak tokoh nasional tersebut. “Saya prihatin dan kita tetap memegang azas praduga tak bersalah,” kata Wakil Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang ini, Rabu, 7 Februari 2018.
Baca: Sebesar Ini Kutipan Dana Puskesmas untuk Menyuap Bupati Jombang
Pria yang akrab disapa Gus Hans ini pun mengimbau agar peristiwa tersebut diambil hikmahnya dan jadi pelajaran bagi semua pihak. “Dapat diambil hikmahnya bagi siapa pun yang mendapatkan amanah dari rakyat, betapa pentingnya menjaga amanah,” kata Gus Hans yang juga jadi pengasuh Asrama Queen Al-Azhar Pondok Pesantren Darul Ulum.
Ia berpendapat bahwa korupsi yang dilakukan bisa saja dipengaruhi biaya politik yang tinggi dalam proses demokrasi di Indonesia. “Money politics dari semua tingkatan sudah kronis dan menjadi beban bagi si pengejar amanah,” ujarnya.
Baca: Suap ke Bupati Jombang demi Jabatan Definitif Plt Kadis Kesehatan
Bupati Jombang Nyono Suharli dan anak buahnya, Inna Silestyowati, ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Minggu, 4 Februari 2018. Inna diduga memberikan uang suap kepada Bupati Nyono sebagai pelicin agar ditetapkan sebagai pejabat definitif Kepala Dinas Kesehatan. Uang yang diberikan kepada Nyono itu dikumpulkan Inna melalui kutipan jasa pelayanan kesehatan atau dana kapitasi dari 34 puskesmas di Jombang.