TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengatakan salah satu kendala dalam membina masyarakat Papua ialah tokoh adat dan agama di sana. "Kami merasakan bahwa pemerintah punya program tapi yang mempunyai masyarakat adalah tokoh adat dan tokoh agama," ucapnya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Kamis, 1 Februari 2018.
Karena itu, Yohana menuturkan akan berkoordinasi dengan bupati, dewan adat, dan tokoh agama setempat agar memberikan perhatian khusus kepada korban kejadian luar biasa (KLB) campak di Papua. "Korbannya yang banyak adalah anak dan perempuan," ujarnya.
Baca: TNI Pusatkan Penanggulangan Campak Asmat di Tiga Sektor
Menurut Yohana, persoalan kesehatan dan gizi di Papua berhubungan dengan tradisi, kebiasaan, serta perilaku masyarakat yang ada di suku tertentu. Ia pun menilai hal ini memerlukan kajian yang cukup menyeluruh.
Selain itu, menurut Yohana, pendidikan perempuan di Papua belum maju. Hal itu pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan anak-anak di Papua. Karena itu, Yohana mengatakan akan melakukan program pemberdayaan perempuan.
Baca: Ada Gizi Buruk, Sri Mulyani Evaluasi Dana Otonomi Khusus Papua
Yohana pun berpendapat, adat dan kebiasaan kadang membuat masyarakat menjadi korban. "Maka, pendidikan itu dibutuhkan, agar pemikiran masyarakat terbuka serta tidak menjadikan anak dan perempuan sebagai korbannya," ujarnya.
KLB campak dan gizi buruk yang dialami sebagian warga Kabupaten Asmat, Papua, telah menelan korban jiwa. Sejak September 2017 hingga 28 Januari 2018, 71 anak meninggal dunia, 646 anak terjangkit campak, dan 218 anak menderita gizi buruk. Pemerintah menyatakan pihaknya bertindak lewat satuan tugas kesehatan.