TEMPO.CO, Depok - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan akhir-akhir ini ada gerakan untuk mengerdilkan demokrasi. Caranya, kata dia, dengan mengajak masyarakat agar tidak memilih partai tertentu.
Hasto menyayangkan terjadinya hal tersebut lantaran tahun ini Indonesia akan merayakan 20 tahun reformasi. Momen pemilihan kepala daerah tahun ini justru dijadikan sarana mengerdilkan suara rakyat.
Baca: Pengamat: Cawapres Tokoh Muda Islam Diharapkan Redam Isu SARA
"Ada pihak-pihak yang mengatakan jangan pilih partai A, partai B, dan partai C. Suara rakyat seolah-olah bisa dimanipulasi oleh elite dengan ujaran kebencian dan ujaran yang memecah belah bangsa," kata Hasto di acara Sekolah Partai di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat pada Ahad, 28 Januari 2018.
Sebelumnya Ketua Umum Persaudaraan Alumni Aksi 2 Desember 2017 (Alumni 212) Slamet Maarif mengatakan pihaknya mempunyai target mengalahkan calon yang diusung oleh partai tertentu di pemilihan kepala daerah 2018. Namun Slamet tidak mau menyebut nama partai itu.
Baca: Alumni 212 Punya Misi Kalahkan Calon dari Partai Merah di Pilkada
Slamet beralasan Alumni 212 menganggap partai tersebut sebagai biang kerok dari permasalahan yang ada di Indonesia. Karenanya ia dan kolega akan berusaha agar calon dari partai itu kalah.
Meski Slamet menolak menyebut partai yang dia maksud, ia memberi petunjuk bahwa partai itu identik dengan warna merah dan sedang berkuasa. Merujuk pernyataan Slamet, ciri-ciri itu persis dengan PDIP.
Adapun Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah menuturkan pihaknya mempertanyakan dasar Alumni 212 jika yang dimaksud biang kerok itu adalah partainya. "Indikatornya apa," kata dia di Wisma Kinasih.