TEMPO.CO, Yogyakarta - Tokoh pers dan penyiaran Amir Effendi Siregar yang wafat, Kamis dini hari, 25 Januari 2018, meninggalkan kesan mendalam bagi mahasiswa maupun koleganya. Salah satunya adalah bekas mahasiswa Amir, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Purwadi.
Heroe punya kesan kuat tentang pemikiran-pemikiran Amir tentang independensi media massa. "Pengaruh pemikirannya diakui banyak pihak. Beliau gigih menjaga media massa berada di jalur yang semestinya. Bangsa Indonesia kehilangan tokoh pers," kata dia, Kamis.
Baca juga: Amir Effendi Siregar Gigih Perjuangkan Demokratisasi Penyiaran
Sejumlah karangan bunga dari banyak lembaga memenuhi rumah Amir di Jalan Pacar, Baciro, Yogyakarta. Di antaranya dari Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Fisipol Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Himpunan Mahasiswa Islam.
Sejumlah tokoh datang mengiringi pemakaman jenazah menuju Sayegan, Sleman. Mereka yang datang di antaranya budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun dan Heroe.
Amir menyelesaikan studi publisistik di UGM dan S2 di University of Iowa pada 1986. Ia mengajar di Fisipol UGM dan aktif mengawal demokratisasi penyiaran publik bersama gerakan masyarakat sipil. Karya-karyanya terkenal kritis terhadap oligopoli kepemilikan media. Ia populer menyebarkan pemikiran tentang keragaman kepemilikan media dan isi atau konten.
Amir Effendi Siregar lahir pada 29 Mei 1950 di Yogyakarta. Ia meninggalkan isteri bernama Rosnawati, empat anaknya, dan 11 cucu. Anak dari Amir yakni Aditya Bayu Samudera Siregar, Mirna Dian Avanti Siregar, Rani Soraya Siregar, dan Bahana Adiputra Siregar. Amir meninggal setelah menjalani perawatan intensif karena tumor otak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.