TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pernah menolak menerima penghargaan Bakrie Award serta hadiah uang Rp 250 juta pada Agustus 2010. Ekonom lulusan Sorbonne University tersebut menjelaskan alasan penolakannya.
"Saya bilang kepada Ulil Abshar dari Freedom Institute yang ditugaskan mengadakan acara, kalau namanya Ulil Award, mungkin akan saya terima. Tidak usah ada uangnya. Saya hargai penghargaan mereka, tapi rasa kemanusiaan saya yang menolak itu," ujar Daoed Joesoef, seperti dikutip dalam Majalah Tempo edisi 9 Agustus 2010.
Baca: Mantan Mendikbud Era Orde Baru Daoed Joesoef Meninggal
Daoed Joesoef menjelaskan apa yang dia maksud mengusik rasa kemanusiaannya itu. "Saya selama ini berani melawan siapa pun, kecuali nurani saya. Nurani saya mengatakan penghargaan ini datang dari kelompok usaha Bakrie, yang menimbulkan malapetaka di Jawa Timur berupa perusakan alam dan penderitaan ribuan orang," tuturnya.
Ia pun menegaskan alasannya menolak penghargaan itu murni kemanusiaan. "Tidak ada unsur lain selain kemanusiaan dan hati nurani. Saya mengenal Bakrie tapi tidak secara dekat, tidak ada permasalahan personal, apalagi politik. Saya ini orang yang tidak berpolitik. Penolakan ini semua ada filosofinya," dia menjelaskan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan soal filosofinya itu. "Ibu saya mengatakan, dalam hidup ini, adakalanua kita menerima dan memberi. Tangan orang yang menerima selalu ada di bawah tangan yang memberi. Apalagi tangan yang memberi itu berlumpur? Jadi bersihkan dulu tangan itu," ucapnya.
Baca: Daoed Joesoef Dikenal sebagai Sosok Guru yang Sempurna
Ketika ditanya, apakah ada keluarga atau teman yang menentap keputusannya menolak penghargaan Bakrie Award, Daoed Joesoef menegaskan tidak ada. "Wah, tidak ada, mereka sudah tahu soal ini. Dua tahun lalu (2008) saya membuat pameran lukisan yang menggambarkan keprihatinan atas bencana lumpur itu. Judulnya Ratapan Kemanusiaan," katanya.
Dia pun menyampaikan pesan di balik penolakannya itu. "Dalam berbisnis, kita berhubungan dengan manusia dan alam. Jangan sampai demi mencari untung, kita merusak alam. Alam ini buku kedua dari Tuhan, buku pertama tentu kitab suci. Bahasa dari alam adalah ilmu pengetahuan, jadi jangan kita rusak," ujarnya.
Pada Selasa, 23 Januari 2018, pukul 23.55, Daoed Joesoef meninggal di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, setelah dirawat sejak Sabtu pekan lalu, karena penyakit jantung yang dideritanya. Jenazahnya akan dimakamkan di TPU Giri Tama Bogor siang ini, Rabu, 24 Januari 2018.
TIM TEMPO