TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 43 pasien anak dengan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, tidak mendapatkan tempat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Agats, Asmat, Papua, pada Ahad, 21 Januari 2018. Ruang perawatan yang penuh membuat puluhan pasien anak dipindahkan ke Aula GPI Betlehem yang berada di belakang rumah sakit.
Pasien anak yang dirawat di Aula GPI terdiri dari 33 anak dengan gizi buruk, 8 anak dengan gizi kurang, dan 2 anak terindikasi campak. Mereka ditangani oleh tim medis gabungan RSUD Agats dan dokter spesialis yang diturunkan Kemenkes.
Kementerian Kesehatan menjamin pasien anak yang berada di GPI Betlehem tidak berbeda perawatannya dengan yang di rumah sakit. "Para dokter dan petugas medis lainnya yang bertugas tetap mengunjungi pasien anak," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam siaran tertulisnya, Senin, 22 Januari 2018.
Baca:
Gizi Buruk di Asmat, Kemenkes Beri Penyuluhan di Puskesmas
Jokowi Minta Pemda Asmat Perhatikan Masalah Gizi Buruk ...
Pasien anak yang terkena campak ditandai dan dipisahkan dari pasien anak gizi buruk. “Agar pasien gizi buruk tidak tertular,” ujar Dimas, salah satu anggota tim dokter yang diturunkan oleh Kemenkes.
Menurut Oscar, RSUD telah membangun ruang darurat dengan memanfaatkan halaman dan tempat parkir motor GPI Betlehem, untuk mengantisipasi kiriman pasien anak dengan gizi buruk lainnya yang dirujuk dari distrik lain di sekitar Agats. Beberapa tiang kayu dimanfaatkan menjadi penyangga terpal yang menutupi tempat parkir motor, sehingga terbentuk ruang darurat untuk mengantisipasi penambahan jumlah pasien. Tempat parkir yang disulap menjadi ruangan itu beratap asbes dan beralas terpal.
Meski anak-anak yang ditampung di GPI Betlehem adalah anak dengan gizi buruk dan gizi kurang, Dimas menjelaskan bahwa terapi gizi yang diterapkan kepada masing-masing anak berbeda-beda disesuaikan dengan usia, berat badan, dan kondisi penyerta lainnya.
Baca juga: Jokowi Minta Pemda Asmat Perhatikan Masalah Gizi Buruk ...
Untuk meningkatkan status gizi, anak dengan gizi buruk tidak bisa langsung diberikan kalori dalam jumlah besar-besaran, tetapi dalam jumlah tertentu dimulai dari angka 25-75 persen kebutuhan kalori harian. Sementara tubuh perlahan memperbaiki sistem metabolisme, pertambahan persentase asupan kalori ditingkatkan 10-20 persen per hari atau selama 4-7 hari sampai mencapai target asupan kalori.
“Jadi fase awal itu fase yang sedang kritis-kritisnya. Bisa disertai hipoglikemi yang berarti gula darah rendah atau disertai hipotermi yang artinya kedinginan akibat tipisnya lapisan lemak. Sehingga tidak bisa dikasih makanan secara langsung karena riskan,” ujar Dimas.
Ia menjelaskan pemberian makanan secara bertahap ini ditujukan agar tubuh dapat beradaptasi dalam menyerap dan mencerna zat-zat yang ada pada makanan. Pemberian makanan berlebih yang tidak sesuai takaran di awal proses terapi perbaikan gizi justru dapat menyebabkan refeeding syndrome, yakni komplikasi metabolik yang dapat menyebabkan gagal jantung, gagal nafas akut, koma, dan disfungsi hati.