TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gerakan tanah di empat desa di Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, masih mengancam warga sekitar. Gerakan tanah tersebut terjadi karena hujan yang terus mengguyur daerah tersebut sejak Senin, 8 Januari 2018.
"Apalagi intensitas curah hujan diperkirakan akan terus meningkat hingga Februari mendatang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu, 14 Januari 2018.
Baca: Catatan BNPB Sambut Tahun Baru, Bencana Longsor Paling Mematikan
Empat desa terdampak adalah, Desa Cilebak, Desa Bungurberes, Desa Legokherang dan Desa Patala.
Sebelumnya, hujan juga mengakibatkan longsor di beberapa titik di sekitar Cilebak dan Salajambe pada Senin malam, 8 Januari 2018. Longsor disebabkan terjadi hujan selama tuhuh jam dari pukul pukul 15.00 hingga pukul 22.00.
Tidak ada korban jiwa dalam longsor tersebut. Namun tiga kepala keluarga yang terdiri dari 15 orang harus mengungsi dan 44 kepala keluarga lain yang terdiri dari 129 orang juga terdampak.
Sutopo menjelaskan musibah itu telah mengakibatkan empat rumah rusak berat, delapan rumah rusak sedang dan 31 rumah lain terancam terdampak. Selain itu, satu sekolah dasar di SDN 1 Patala terancam, tiga kolam ikan tertimbun longsoran dan satu mesjid terancam. "Satu tembok penahan tebing rumah warga juga ikut longsor," katanya.
Baca: Pemerintah Keluarkan Dana Rp 320 Miliar untuk Banjir dan Longsor
Longsor juga merusak sawah warga seluas 1400 meter persegi, pipa pamsimas air bersih terputus dan lima titik akses jalan utama tertutup longsoran.
Kelima jalan itu adalah Jalan penghubung Subang-Cilebak, Jalan penghubung Cilebak–Ciwaru, Jalan penghubung Cilebak–Legokherang, akses Jalan Cilebak–Legokherang atau blok Batu Hideung Legokherang dan akses Jalan Terputus Menuju Kantor Kecamatan Cilebak. "Empat titik jalan lingkungan tertimbun longsor di Dusun Wage Desa Cilebak," katanya.