TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Robikin Emhas mengimbau para Nahdliyin yang bertarung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur 2018 agar berdemokrasi dengan menjunjung tinggi etika dan moral. Menurut dia, maraknya sentimen SARA, adu domba dan fitnah pada gelaran pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 tak boleh terulang di Jawa Timur.
"Pilgub DKI Jakarta harus jadi pelajaran berharga bagi kita semua," kata Robikin saat dihubungi Tempo pada Rabu, 3 Januari 2018.
Baca: Pilgub Jatim, Koalisi Gerindra-PKS-PAN Harus Cari Figur Kuat
Menurut Robikin, black campaigne dalam pilkada dapat merusak kohesivitas sosial dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Maka, penekanan moral dan etika dalam Pilkada bagi seluruh unsur baik penyelenggara, peserta pemilu dari partai politik dan calon serta masyarakat menjadi sangat penting. "Jadi tidak sekedar mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku," ujarnya.
Khusus untuk Jatim, nama-nama calon yang muncul merupakan para Nahdliyin atau warga yang berafiliasi atau sebagai anggota ormas NU. Di antaranya adalah Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. Dirinya memiliki keturunan darah biru NU sebagai cicit dari salah satu tokoh pendiri NU, KH Bisri Syamsuri. Gus Ipul juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor pada 2000-2010.
Baca Juga:
Bersama Azwar Anas, Saifullah didukung sejumlah tokoh NU seperti Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur Anwar Iskandar; Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur Hasan Mutawakkil; dan cicit pendiri NU Hasyim Asy’ari Abdul Halim Iskandar.
Baca: Banser NU Jawa Timur Siap Dukung Saifullah Yusuf dan Azwar Anas
Selain Gus Ipul, calon lain yakni Khofifah Indar Parawansa memiliki ikatan kuat dengan NU. Dia adalah Ketua Umum Muslimat NU 2016-2021. Bersama dengan Emil Dardak, dia memiliki barisan pendukung dari NU seperti cucu pendiri NU Hasyim Asy’ari, Salahuddin Wahid dan mantan Rais Syuriah PBNU Afifuddin Muhajir.
Selain itu, muncul nama baru yang kemungkinan dicalonkan oleh PKS, PAN dan Gerindra yakni Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid. Yenny juga sangat erat dekat NU karena merupakan anak dari tokoh NU, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Yenny juga cucu Menteri Agama RI pertama, Wahid Hasyim sekaligus cicit pendiri NU Hasyim Asy’ari.
Menanggapi nama-nama Nahdliyin itu, Robikin mengatakan bahwa masyarakat di kalangan NU sudah terbiasa dengan mekanisme demokrasi. Dia mengklaim warga NU khususnya Jawa Timur telah memahami Pilgub hanya merupakan kontestasi politik elektoral lima tahunan untuk memilih pemimpin pemerintahan.
"Warga NU tidak menganggap Pilgub adalah pertarungan hidup-mati, melainkan bagian dari proses rekruitmen politik melalui mekanisme demokratik," kata Robikin. "Sehingga menang atau kalah adalah bagian dari konsekuensinya."