TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Program Institute for Development of Economics and Financial atau INDEF Berly Martawaday menyebut ekonomi menjadi faktor kunci penentu terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai inkumben dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Berly menjelaskan, secara ranking dan data, posisi ekonomi Indonesia dalam keadaan baik, bahkan membaik. Namun, dalam pembangunan infrastruktur yang mengarah kepada ekonomi industri, lanjut dia, Indonesia butuh waktu yang tidak sebentar untuk melakukan pembangunan sejak era deindustrialisasi 1998.
Baca juga: Jokowi: Jangan Terpecah Belah karena Pilkada
"Apa yang dibangun Jokowi sudah benar, tapi masyarakat kerap tidak punya daya sabar untuk itu menjelang Pilpres 2019," kata Berly kepada Tempo usai acara diskusi di bilangan Guntur, Jakarta Selatan pada Jumat, 29 Desember 2017.
Dia mengatakan, dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di 2018 atau lebih tinggi 0,2 persen dibanding tahun ini menjadi peluang sekaligus tantangan untuk Jokowi menuju Pilpres 2019. "Masyarakat pasti punya ekspektasi. Makanya kalau tahun depan tidak bisa tembus 5,4 persen, posisi Jokowi cukup sulit," kata dia.
Berly mengatakan, membangun infrastruktur tentu tidak sebentar. Namun, jika Jokowi tidak berhasil menjelaskan kondisi itu kepada masyarakat, lanjut dia, bukan tidak mungkin hal tersebut justru akan menjadi bumerang untuk Jokowi. "Masyarakat awam kan tidak sabar menunggu bersenang-senang kemudian itu," kata dia.
Baca juga: Awasi Penyerahan Sertifikat Tanah, Jokowi: Saya Akan Kejar Terus
Terlebih, Berly menambahkan, Jokowi telah menjanjikan optimisme dan percepatan ekonomi sehingga membuat ekspektasi masyarakat semakin besar menjelang akhir periode pemerintahannya. "Ini akan berbeda jika dari Jokowi mengatakan proses mungkin akan lambat, bertahap dan perlu waktu lama," kata dia. "Ini kembali kepada masyarakat, ingin menunggu kelanjutan atau berharap angin segar baru."