TEMPO.CO, Denpasar - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali mengalami erupsi pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 11.57 Wita. Erupsi Gunung Agung terjadi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengadakan rapat kabinet terbatas di Bali, Jumat, 22 Desember 2017, yang salah satu hasilnya mencabut status tanggap darurat Gunung Agung.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan bahwa erupsi yang cenderung kecil itu hanya terjadi sebentar. "Tinggi erupsi 2.500 meter. Diperkirakan hujan abu tipis ada di sekitar puncak Gunung Agung," kata Sutopo, Sabtu, 23 Desember 2017.
Baca juga: Jokowi Ingin Status Tanggap Darurat Gunung Agung Dicabut
Sutopo mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan erupsi yang terjadi hari ini. "Namanya gunung api dalam status awas pasti terjadi erupsi. Besar-kecilnya erupsi tergantung dari energi di dalam perut gunung tersebut," ujarnya.
Ia menyebutkan, saat ini jumlah pengungsi berjumlah lebih dari 71 ribu jiwa. Menurut dia, erupsi hari ini tidak berdampak bagi aktivitas Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim menjelaskan bahwa aktivitas berjalan normal. "Bandara Ngurah Rai masih beroperasi lancar terkait erupsi," katanya.
Baca juga: Puan: Pariwisata Bali Sudah Pulih dari Erupsi Gunung Agung
Arie berujar erupsi hari ini tidak berdampak pada kegiatan penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Hal tersebut, tutur dia, dibuktikan dengan plotting VA dari Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin. "Angin cenderung berembus ke timur laut, bukan ke selatan," ucapnya.
Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Sabtu ini, periode 06.00-12.00 Wita, asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu. Kategori intensitasnya tebal dan tinggi 500-2.500 meter di atas puncak kawah.