TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan wafatnya Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kembali digelar di kediaman keluarga di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan pada Jumat malam, 22 Desember 2017. Dalam momen peringatan tahun ke-8 tersebut, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa blak-blakan seputar detik-detik pencalonan Gus Dur sebagai presiden pada 1999.
Menurut Khofifah, peristiwa-peristiwa menjelang Gus Dur menjadi presiden bisa disebut sebagai salah satu bukti kewaliannya. Sebab, Gus Dur baru menyatakan ingin menjadi presiden 6 jam sebelum pendaftaran ditutup. "Namun langkahnya justru berjalan dengan mulus," kata dia pada Jumat malam.
Saat sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 19 Oktober 1999 yang menolak laporan pertanggungjawaban Presiden BJ. Habibie, jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Satu jam kemudian, Gus Dur menghubungi Khofifah, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Fraksi MPR Partai Kebangkitan Bangsa, dan mengatakan ingin maju sebagai calon presiden.
Baca: Begini Peringatan Haul ke-8 Wafatnya Gus Dur
Waktu yang sempit itu membuat Khofifah kebingungan untuk memenuhi sejumlah syarat administrasi yang harus diserahkan ke Sekretaris Jenderal MPR. Di antaranya adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), surat dari pengadilan bahwa Gus Dur tidak sedang dipidana, dan surat dari Pengadilan Tata Usaha bahwa Gus Dur tidak pailit.
Kian dikejar waktu, akhirnya surat-surat tersebut dibuat dan ditandatangani sendiri oleh Gus Dur. "Saya KH. Abdurrahman Wahid, alamat Ciganjur, menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya berkelakuan baik. Ditandatangani sendiri," kata Khofifah disambut tawa ribuan hadirin. "Jadi pada dasarnya pencalonan Gus Dur itu beliau sendiri yang tanda tangan."
Surat-surat tersebut lalu dibawa Khofifah untuk diserahkan kepada panitia pada 20 Oktober 1999 pukul 06.30 WIB. Sidang MPR dibuka tiga jam kemudian dan menugaskan Sekretaris Jenderal MPR untuk memverifikasi data-data dan persyaratan calon presiden.
Baca: Haul Gus Dur, Kelompok Musik Gereja Bawakan Syair Lir-Ilir
Tak disangka, Sekretaris Jenderal MPR justru mengumumkan bahwa seluruh persyaratan Gus Dur lengkap. "Jadi hari itu kalau ada orang yang paling sport jantung di dunia, ya yang sekarang berdiri di sini. Karena saya tahu persis bahwa itu surat-surat ditandatangani sendiri oleh Gus Dur," ujarnya.
Menurut Khofifah, mungkin itu adalah salah satu tanda kewalian yang dimiliki Gus Dur sebagai seorang ulama. "Jadi kalau mau tanya kewalian Gus Dur, ya pada saat pendaftaran itu," kata dia.
Keberuntungan Gus Dur berlanjut saat ia memilih Megawati Soekarnoputri untuk menjadi wakil presiden. Lagi-lagi Khofifah dibuat kesulitan melengkapi persyaratan administrasi untuk mengusulkan Megawati menjadi wakil presiden.
Sebab, saat itu tidak ada satupun pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mau memberikan berkas-berkas persyaratan tersebut. Alasannya, PDIP tidak menyiapkan Megawati sebagai wakil presiden. Berkas yang ada hanyalah saat Mega maju sebagai calon presiden.
Khofifah akhirnya memutuskan tidak membawa berkas-berkas kelengkapan Megawati saat mendaftarkannya ke panitia. Saat ditanyakan oleh petugas, Khofifah hanya menjawab bahwa Megawati telah dinyatakan lolos saat maju sebagai calon presiden, sehingga berkas itu tidak dibutuhkan lagi. "Hari itu ternyata, panitia pendaftaran calon wakil presiden itu bisa menerima alasan saya," kata dia.