TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan ada peluang bagi ketua umum mereka, Prabowo Subianto, mengalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di pemilihan presiden 2019. Alasannya dari survei-survei yang dirilis sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Jokowi tidak begitu kuat.
"Meskipun Presiden Jokowi setiap hari masuk televisi, ada di berbagai media, ternyata angkanya ada di 30 sampai 40 persen. Pak Jokowi di periode kedua masih mengkhawatirkan atau bisa dikalahkan," kata Andre di SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Baca juga: Di Survei PolMark, Duet Jokowi - Budi Gunawan Paling Unggul
Rilis terbaru elektabilitas calon presiden datang dari konsultan politik PolMark Indonesia. Survei PolMark menunjukkan elektabilitas Jokowi mencapai 50,2 persen namun pemilih loyalnya baru 30 persen.
Elektabilitas Prabowo dalam survei PolMark Indonesia berada di bawah Jokowi, yaitu 22 persen dengan pemilih mantapnya hanya 9,9 persen. Namun Andre yakin angka ini akan berubah karena masih ada 35,7 persen masyarakat yang belum menentukan pilihannya.
Untuk merebut suara itu, kata Andre, Prabowo Subianto segera turun gunung untuk menyapa masyarakat Indonesia setelah dideklarasikan oleh Gerindra sekitar 2 atau 3 bulan ke depan. "Teman-teman tunggu saja," ujarnya.
Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefullah Fatah mengatakan Jokowi yang memiliki loyalis baru 30 persen memang belum berada di zona aman keterpilihan pada pilpres 2019. Adapun terbatasnya loyalis Prabowo mengindikasikan terbuka kemungkinan muncul kandidat alternatif.
Selain elektabilitas Jokowi dan Prabowo, PolMark mencatat masyarakat yang sudah mantap menentukan pilihannya dan tidak mungkin berubah berkisar 49,5 persen, kemungkinan berubah 33,3 persen dan tidak menjawab 17,2 persen. "Data ini menegaskan kontestasi untuk pilpres 2019 masih cair," kata Eep.