TEMPO.CO, Yoyakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan saat ini perceraian seolah sudah menjadi gaya hidup. “Pernikahan sudah tidak dianggap sakral, terjadi desakralisasi pernikahan,” kata Lukman, di Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Perceraian, kata Lukman, bahkan sudah direncanakan sebelum pernikahan. Misalnya, cukup menikah selama dua tahun menikahm lalu cerai. Akibat angka perceraian semakin tinggi, sekarang ada anggapan menikah bukan sesuatu yang sakral.
Baca: Tekan Tingginya Perceraian, Pemerintah...
Pada sebagian kalangan, perceraian sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. “Merasa lebih trendi, lebih gaya, semakin banyak kawin-cerai, semakin diterima di komunitasnya.” Padahal, menurut Lukman, perkawinan bukan saja ikatan dua orang lawan jenis, melainkan peristiwa sakral, akad dengan Tuhan yang menyaratkan nikah.
Menurut Menteri Lukman, ada pergeseran pemahaman soal pernikahan. Perceraian tidak semata ketidakcocokan antara suami dan istri, tapi menjadi gaya hidup.
Untuk mengantisipasi adanya perceraian, ada balai nikah yang fungsinya tidak hanya melakukan akad pernikahan. Tapi juga memberikan pendidikan pranikah bagi pasangan yang ingin menikah.
Baca juga: Perceraian Semakin Marak, Karier Menjadi Biang...
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, 10 balai nikah diresmikan di beberapa wilayah. Fungsinya untuk tempat nikah sekaligus pendidikan pranikah dan manasik haji.
Muhammad Lutfi Hamid, Kepala Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, mengatakan selain mempermudah proses pernikahan, ada program pendidikan pranikah bagi pasangan yang akan menikah. Tujuannya supaya menjalani pernikahan dengan persiapan matang. “Selain itu ada fungsinya untuk manasik haji,” ujar Lutfi.