INFO JABAR – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, mengungkapkan potensi perikanan tangkap yang sangat besar di Jawa Barat belum dapat dimanfaatkan secara optimal. "Hal itu karena masih ada permasalahan para nelayan menyangkut pengelolaan yang masih tradisional, serta lemahnya akses permodalan," katanya pada pembukaan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pelindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam, di Gedung Sate Bandung, Minggu, 17 Desember 2017.
Demiz, sapaan akrab Wagub, mengambil contoh pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap Jawa Barat sebesar 276.303 ton atau hanya sekitar 13,35 persen dari potensi perikanan tangkap yang ada di dua Wilayah Pengelolaan Perikanan, yang dikelola bersama-sama dengan 12 provinsi lain.
Selain masalah permodalan, kata Demiz, faktor lain yang menyebabkan belum tergarapnya potensi perikanan di Jabar yakni sarana dan prasarana yang belum memadai. Misalnya armada perikanan yang masih didominasi ukuran kecil. Dari 18.231 unit kapal perikanan, sebanyak 16.827 unit atau 92 persen berukuran kecil. Selain itu, masih banyak kapal perikanan yang belum berizin.
Pemprov Jabar, kata Demiz, berupaya meningkatkan pelayanan perizinan, dengan membuka gerai-gerai pelayanan perizinan di beberapa tempat strategis. Untuk itu, pihaknya juga pro-aktif, jemput bola dengan menempatkan mobil unit pelayanan di sentra-sentra nelayan secara terjadwal, yang diperkuat dengan penerapan sistem perizinan online agar pelayanan lebih mudah dan lebih cepat.
Sementara itu, terkait dengan asuransi nelayan, Deddy menyebutkan bahwa dari jumlah nelayan yang tercatat sebanyak 100.485 orang, baru 57.915 orang atau sekitar 57,63 persen yang telah memiliki kartu nelayan, dengan jumlah Polis Asuransi yang terbit tahun 2016 sebanyak 35.074, dan pada 2017 dari target sebanyak 17.550 telah terbit 12.325 Polis.
Adapun terkait program Sertifikat Hak atas Tanah (SeHAT) Nelayan, sampai dengan tahun 2016 telah terbit 7.784 sertipikat dan pada 2017 ditargetkan 1000 sertipikat. Dari SeHAT Nelayan tersebut telah dimanfaatkan untuk akses permodalan sebanyak 667 bidang dengan nilai Rp 16,951 miliar rupiah.
Jabar juga memiliki potensi perikanan budi daya sangat besar dengan total luas 125.273 hektare terdiri dari kolam, tambak, karamba jaring apung (KJA), mina padi, dan budidaya laut, dengan jumlah pembudidaya ikan sebanyak 506.756 orang.
Pun produksi perikanan budidaya di Jawa Barat pada tahun 2016 tercatat sebanyak 1,12 juta ton atau naik sekitar 4,56 persen dari produksi tahun 2015, serta memberikan kontribusi sekitar 28 persen terhadap produksi ikan air tawar nasional. Jawa Barat juga menempatkan diri sebagai sentra benih nasional, karena mampu menyediakan 33 persen dari kebutuhan benih ikan air tawar nasional.
Jabar juga terus berupaya melakukan perbaikan genetik dan pemuliaan terhadap beberapa jenis varietas induk ikan, antara lain yang telah dirilis yaitu ikan Nila Nirwana dan ikan Mas Marwana, serta yang sedang dalam proses yaitu pemuliaan ikan Gurame Galunggung, Patin, dan domestikasi ikan Kancra.
Potensi lainnya, Jawa Barat juga memiliki potensi garam yang cukup besar. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Karawang dengan total luas lahan 5.749 hektare. Adapun jumlah petambak garam rakyat kurang lebih sebanyak 4.734 orang, yang tergabung dalam 468 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR).
Namun demikian, produksi garam di Jawa Barat masih mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015 tercatat produksi sebesar 890.103 ton, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 3.847 ton, kemudian meningkat lagi menjadi 227.084 ton sampai dengan Oktober 2017. (*)