INFO JABAR-- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bela sungkawa atas bencana gempa bumi berkekuatan 6,9 Skala Richter di 6 Km arah Tenggara Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Gempa itu menyebabkan, satu orang meninggal, 6 orang terluka dan ratusan rumah serta bangunan rusak.
“Total ada 300-an rumah rusak berat, sedang, hingga ringan. Ada juga beberapa SMA/SMK, RSUD di Tasikmalaya yang retak-retak. Korban bencana kebanyakan luka-luka. Pasca peristiwa gempa, saya minta warga tetap waspada dan bisa beraktivitas seperti semula,” kata Aher, di Bandung, hari ini.
Menurut Aher, sejak kemarin pihaknya sudah melakukan pendataan rumah bangunan sekolah, dan perkantoran yang rusak. Pihaknya juga menerima laporan dari Tasikmalaya, Pangandaran, Garut, dan Ciamis, mengenai kerusakan sejumlah rumah, sekolah, Pusat Layanan Masyarakat, dan perkantoran.
Terhadap korban yang terluka, lanjut Aher, petugas sudah dikerahkan untuk mengevakuasi warga serta melakukan mitigasi bencana atau upaya untuk mengurangi resiko bencana. “Tentu kalau yang rumahnya baik-baik saja, aman walaupun masih ada trauma. Penanganan pertama adalah menenangkan masyarakat, lalu melakukan mitigasi dan normalisasi pasca bencana,” kata Aher.
Gempa berlangsung lebih dari 30 detik ini merupakan gempa berskala menengah yang terasa hingga ke sejumlah wilayah Pulau Jawa. Lima menit setelah gempa terjadi, sistem diseminasi BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah selatan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selanjutnya, BMKG melakukan monitoring tsunami di Pangandaran, Pamayang Sari, Binangeun (Banten) dan Pacitan (Jawa Tengah). Dari hasil monitoring di beberapa stasiun tsunami gauge yang dekat dengan pusat gempa menunjukkan tidak ada rekaman kenaikan muka air laut, sehingga BMKG melakukan Pengakhiran Peringatan Dini Tsunami pada pukul 02.26 WIB atau sekitar 2 jam setelah gempa terjadi.
“Karena dikhawatirkan ada potensi tsunami, jadi masyarakat di Pangandaran, Cipatujah, dan di Pameungpeuk segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Tapi dua jam kemudian dinyatakan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami. Pada malam itu juga masyarakat kembali lagi ke rumahnya dan keesokan harinya bisa beraktivitas, “ kata Aher yang mengingatkan warganya untuk tetap waspada karena gempa memang tidak bisa diprediksi kejadiannya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar Dicky Saromi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Mereka juga diimbau untuk mengakses informasi mengenai gempa dari media yang kredibel dan media sosial BPBD, BMKG, dan BNPB.
Data mutakhir dari BPBD Jabar per 16 Desember 2017, hingga pukul 19.00 WIB, dampak akibat gempa pada 15 Desember itu menyebabkan 668 unit rumah rusak. Dari jumlah itu 106 rumah rusak berat. Tak hanya itu, kerusakan juga terjadi pada bangunan sekolah, perkantoran hingga rumah sakit. Korban meninggal satu orang, 6 orang terluka, dan sebanyak 200 orang sempat mengungsi.
Menurut Dicky, posko pengungsi didirikan di Kabupaten Ciamis sebagai daerah yang terdampak paling parah. " Kami juga mengirimkan kebutuhan logistik ke Ciamis, berupa makanan siap saji, tenda, family kit, hingga kebutuhan anak,” ujar dia.(*)