TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Universitas Padjajaran, Muradi mengatakan Jenderal Gatot Nurmantyo lebih baik mundur dari sekarang, jika ingin terjun ke dunia politik. "Enggak ada bedanya mundur sekarang atau setelah 1 April nanti," kata Muradi saat dihubungi Tempo, Senin, 11 Desember 2017.
Mantan Panglima TNI itu, menurut Muradi, harus menunjukkan sikap yang jelas ihwal manuver politiknya. Sebab, kata dia, apabila akan terjun ke politik, Gatot mesti mempersiapkan langkah-langkahnya dari sekarang. "Mau serius ke politik, di awal bikin deklarasi dan mundur dari tentara," katanya.
Baca: Jendral Gatot Nurmantyo Non Job Hingga Maret 2018, Opsinya...
Muradi mengatakan, manuver politik yang dilakukan oleh Gatot tidak bisa disamakan dengan apa yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono ketika masih menjadi perwira TNI. "Ketika SBY, dia melakukan itu dengan langkah sistematis," tuturnya.
Saat menjadi Panglima TNI pun, Muradi melanjutkan, Gatot belum mendapatkan banyak atensi dari publik. Hal itu terlihat dari elektabilitasnya dari berbagai lembaga survei yang masih berada di bawah 10 persen. "Bahkan dia kalah sama Agus Yudhoyono," ucap Muradi.
Baca: Gatot Nurmantyo Mengaku Tak Boleh Berpolitik Praktis hingga Maret
Nama Gatot Nurmantyo masuk dalam radar calon alternatif pada pemilihan presiden 2019. Berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Mei 2017, Direktur Eksekutif Saiful SMRC Djayadi Hanan menyatakan elektabilitas Gatot masih di bawah 2 persen. Angka itu jauh di bawah Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.