TEMPO.CO, Jakarta- Pemimpin Pondok Pesantren Tebu Ireng, Salahuddin Wahid, mengatakan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas Yerusalem adalah provokasi yang berpotensi menimbulkan konflik yang lebih besar. Ia meminta masyarakat bijaksana menyuarakan aksi dalam menilai pernyataan Trump tersebut.
“Itu sesuatu yang provokatif. Itu berpotensi menghasilkan sesuatu yang lebih besar dan terjadi perang yang lebih besar dari yang sudah terjadi dari sekarang ini,” kata Gus Sholah, sapaan Salahuddin di kantor Gerakan Daulat Desa, Jakarta Selatan pada Sabtu, 9 Desember 2017.
Baca: Bahas Soal Yerusalem, Jokowi Telepon Presiden Palestina
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pengumuman secara resmi di Washington DC pada Rabu, 8 Desember 2017 pukul 13.00 waktu setempat atau Kamis pukul 01.00 WIB. Trump mengatakan AS mengakui Yerusalem sebagai wilayah Israel dan akan memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Trump menyebut pengakuan Yerusalem sebagai milik Israel tidak lain sebagai pengungkapan fakta sebagaimana mestinya. Langkah Trump itu memicu cibiran dan kritik keras dari berbagai negara. Sebagian besar menganggap Trump melakukan langkah yang salah dan berpotensi memicu konflik di Timur Tengah mengingat Yerusalem kerap diperebutkan Israel dan Palestina.
Baca: Ini 9 Resolusi PBB mengenai Status Kota Yerusalem
Presiden Joko Widodo menilai pernyataan Trump mengancam stabilitas politik dunia. Ia meminta AS mempertimbangkan kembali sikapnya soal Yerusalem atau Israel. Pemerintah Indonesia akan mendorong negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk menggelar sidang terkait langkah Trump.
Gus Sholah pun menilai inisiatif pemerintah Indonesia menghadapi polemik atas Yerusalem dengan mengajak organisasi negara Islam sebagai langkah tepat. “Banyak negara yang tidak setuju,” kata dia.