TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai mutasi 85 perwira tinggi (pati) oleh Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo bak bom waktu untuk calon penggantinya, Marsekal Hadi Tjahjanto. “Dia meninggalkan bom waktu,” kata Connie ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 8 Desember 2017.
Perintah mutasi itu sebelumnya dikeluarkan Gatot menjelang pelantikan Hadi sebagai Panglima TNI. Istilah bom waktu yang dimaksud Connie adalah mutasi para pati yang kemungkinan susunannya akan kembali diubah oleh Hadi. Ia memperkirakan Hadi akan kembali melakukan mutasi terhadap 85 pati yang sebelumnya dilakukan Gatot.
Baca:
Panglima TNI Diganti, Pangkostrad Ajukan...
Panglima Diganti, CSIS: Gatot Nurmantyo Sulit...
“Bisa dibayangkan baru tiga, lima, tujuh, atau berapa pun harinya harus digeser lagi,” ucap Connie. Sedangkan mutasi kembali sangat mungkin dilakukan. “Tim panglima baru harus sesuai dengan gaya kepemimpinan panglima baru juga kan.”
Pergeseran yang terlalu cepat itu, ujar Connie, bisa menimbulkan kegaduhan dan ketidaknyamanan di struktur organisasi TNI. Sebab, 85 posisi baru dari mutasi perwira tinggi itu terbilang strategis.
Baca juga:
Jadi Calon Panglima TNI, Berapa Kekayaan...
Marsekal Hadi Tjahjanto, Calon Panglima TNI di...
Gatot merotasi 85 perwira tinggi dan menengah di lingkungan TNI melalui surat keputusan tentang pemberhentian serta pengangkatan jabatan di lingkungan Markas Besar TNI. Surat itu menetapkan 85 perwira yang dihentikan, dimutasi, dan diangkat. Sebanyak 85 perwira itu terdiri atas 46 perwira TNI Angkatan Darat, 28 perwira Angkatan Laut, dan 11 perwira Angkatan Udara. Namun Gatot membatalkan perintah mutasi itu dengan alasan etika.
Connie mendukung keputusan Gatot tersebut. Menurut dia, pembatalan mutasi merupakan hal yang benar mengingat Gatot hendak digantikan Hadi. “Mutasi orang saat last minute itu sangat tidak elok dari aspek kepatutan.”