TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Setara Institute Hendardi menilai sosok Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto merupakan sosok yang tepat menggantikan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Hadi dinilai mampu memimpin korps TNI dan mewujudkan TNI yang bersih dan profesional.
"Dukungan dari kalangan parlemen dan elemen masyarakat sipil merupakan indikator kepercayaan publik pada Marsekal Hadi," kata Hendardi lewat keterangan tertulis pada Selasa, 5 Desember 2017.
Baca: Jika Dilantik Jadi Panglima TNI, Ini Tugas Berat Hadi Tjahjanto
Presiden Joko Widodo telah mengirimkan surat permohonan persetujuan pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI. Surat tersebut diserahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, Senin, 4 Desember 2017.
Menurut Hendardi, rotasi antarmatra TNI untuk posisi Panglima TNI telah terbukti mampu menjadi instrumen menjaga soliditas TNI sejak masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono. "Karenanya, konvensi ketatanegaraan itu perlu diteruskan. Pilihan atas KSAU sebagai calon pengganti Panglima TNI adalah langkah tepat," kata dia.
Selain itu, kata Hendardi, sejalan dengan pengajuan calon Panglima TNI, secara etika kepemimpinan, Jenderal Gatot sebaiknya tidak mengambil keputusan-keputusan strategis. Seperti melakukan mutasi dan rotasi jabatan dan menyusun rencana-rencana yang tidak akan lagi bisa dilaksanakan.
Baca: Jadi Calon Panglima TNI, Berapa Kekayaan Marsekal Hadi?
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bakal pensiun per tanggal 1 April 2018. Usai surat presiden terkait pengangkatan dan pemberhentian Panglima TNI dibacakan dalam rapat paripurna di DPR hari ini, Hadi Tjahjanto akan menjalani uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test.