TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) Poempida Hidayatulloh mengatakan elektabilitas Partai Golkar anjlok menjadi 7,3 persen. Tergerusnya suara Golkar disebutnya karena dualisme Golkar pasca Pemilu 2014 dan kasus hukum yang menjerat Setya Novanto.
"Kepemimpinan Setya Novanto yang tersandera kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi cukup berpengaruh terhadap elektabilitas Golkar saat ini," kata Poempida dalam rilis survei Orkestra di Restoran Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Ahad, 3 Desember 2017.
Penurunan elektabilitas Golkar sangat mencolok dibanding hasil suara di Pemilu 2014. Saat itu, partai beringin ini memperoleh suara dukungan rakyat sebesar 14,75 persen.
Baca juga: JK: Elektabilitas Golkar Turun karena Citra Buruk Setya Novanto
Survei Orkestra terhadap elektabilitas partai dilakukan dengan melibatkan 1.300 responden di seluruh provinsi. Elektabilitas Gerindra menempati posisi teratas dengan tingkat keterpilihan sebesar 15,2 persen, diikuti PDI Perjuangan (12,5 persen), Partai Demokrat (7,4 persen), dan Partai Golkar (7,3 persen).
Dominasi partai besar itu diikuti elektabilitas PKS (5,8 persen), PKB (5,4 persen), PPP (3,4 persen), PAN (3,3 persen), Partai NasDem (3,3 persen) dan Hanura (2,4 persen). Partai baru Perindo dan PSI memiliki elektabilitas masing-masing 2,9 persen dan 2,0 persen. PKPI dan PBB mengikuti dengan elektabilitas 1,8 persen dan 1,6 persen.
Baca juga: Survei Orkestra: Elektabilitas Partai Gerindra Salip PDIP
Direktur Polcomm Institute Heri Budianto mengatakan hasil survei ini bisa menjadi peringatan untuk Golkar dan Setya Novanto. "Sudah saatnya Setya Novanto mengibarkan bendera putih," ujarnya. Menurut Heri, tren Golkar dalam sejumlah survei sedang menurun.
Heri menyarankan agar Golkar segera menggelar musyawarah nasional luar biasa untuk mengganti Setya Novanto dan mencari tokoh muda untuk memegang kepemimpinan Golkar. Sebab, kata dia, angka pemilih pemula akan meningkat tajam pada Pemilu mendatang. "Tokoh muda ini sesuai selera pasar, karena politik itu pasar," ujar dia.