TEMPO.CO, Jakarta - Tiga organisasi pendiri Partai Golkar mendesak pengurus partai itu untuk segera melaksanakan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) selambat-lambatnya tanggal 15 Desember 2017. Dorongan ini disampaikan menyusul penahanan Ketua Umum Partai Golkar non aktif Setya Novanto.
"Agar proses pergantian ketua umum dapat berjalan secara demokratis dan terpilih Ketua Umum DPP Partai Golkar yang definitif," kata Ketua Dewan Pimpinan Nasional (Depinas) SOKSI Fatahillah Ramli pada Kamis, 30 November 2017. Tiga organisasi itu adalah Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) 1957, dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Ketiganya sering disebut ormas trikarya.
Baca: Airlangga Hartarto Klaim Mantan Ketum Golkar Dorong Munaslub
Fatahillah mengatakan, apabila DPP Partai Golkar tidak menyelenggarakan munaslub, maka ormas trikarya akan menggalang dukungan dari seluruh kader partai untuk menyatakan mosi tidak percaya kepada Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham. "Kami menilai Partai Golkar harus dipimpin kader yang bersih, memenuhi kriteria prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela," ujarnya.
Padahal, menurut Fatahillah, munaslub perlu dilaksanakan demi mengembalikan marwah Partai Golkar dan memenangkan pemilihan kepala daerah 2018 dan pemilihan umum 2019.
Baca: Yorrys: Munaslub Golkar Digelar Sebelum 15 Desember
Ketua Kosgoro 1957 Lamhot Sinaga mengatakan munaslub tersebut sebagai pelaksanaan keputusan rapat pleno pada 21 November 2017 di DPP Partai Golkar yang menyatakan bahwa jika Ketua Umum Setya Novanto (Setnov) kalah dalam praperadilan maka harus mengundurkan diri. Namun, jika Setnov tidak mau mengundurkan diri, menurut dia, maka rapat pleno telah memutuskan untuk melaksanakan Munaslub.
"Opini publik atas kondisi Golkar yang tercoreng akibat kasus korupsi e-KTP yang menjerat Novanto menyebabkan citra dan elektabilitas Partai Golkar menurun sangat drastis," kata Lamhot.
Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan MKGR Chairuddin Simatupang menilai bahwa saat ini Golkar perlu mengambil langkah penyelamatan. Selain itu, dia menilai saat ini Golkar perlu melakukan rekonsolidasi ideologi yang sudah mulai ditinggalkan partai tersebut. "Golkar sudah mulai melupakan bahwa kekuatan partai adalah konsolidasi ideologi. Dasar perjuangan Golkar harus dibangkitkan lagi," ujarnya.