TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas erupsi Gunung Agung terpantau menurun pagi ini. Penurunan tersebut dilihat dari ketinggian tekanan kolom abu yang keluar dari kawahnya.
"Tinggi kolom abu tekanannya agak menurun," ujar Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika kepada Tempo pada Jumat, 1 Desember 2017.
Gede menjelaskan, ketinggian kolom abu Gunung Agung saat ini mencapai 1.500-2.000 meter. Namun, menurut dia, situasi tersebut bisa saja berubah seketika. "Bisa saja Gunung Agung masih fluktuatif," ucapnya.
Baca: Terdampak Debu Gunung Agung, Bandara Lombok Masih Ditutup
Erupsi freatik pertama Gunung Agung terjadi pada Sabtu, 25 November 2017, pukul 17.30 Wita. Ketinggian kolom abu mencapai 1.500 meter dari puncak kawah. Pada Minggu, 26 November 2017, erupsi berlangsung pada pukul 05.05 Wita dengan tinggi kolom abu kelabu gelap bertekanan sedang mencapai 2.000 meter. Lalu, pada pukul 05.45 Wita, ketinggian mencapai 3.000 meter.
Gede menuturkan zona radius bahaya masih berada pada kisaran 8 kilometer dari puncak gunung dengan perluasan sektoral masih 10 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan, dan barat daya. "Masih sama 8-10 meter," katanya.
Baca: Gunung Agung Meletus, Menteri Arief Yahya: RI Kehilangan Rp 9 Triliun
Status awas pada Gunung Agung yang ditetapkan sejak 27 November 2017 telah mengakibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar gunung itu mengungsi. Menurut data Pusat Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Provinsi Bali, jumlah pengungsi pada 29 November 2017 pukul 18.00 sebanyak 43.358 jiwa yang tersebar di 229 titik pengungsian.
Titik pengungsian letusan Gunung Agung di antaranya terdapat di Kabupaten Buleleng dengan 5.992 jiwa, Klungkung 7.790 jiwa, Karangasem 22.738 jiwa, Bangli 864 jiwa, Tabanan 657 jiwa, Kota Denpasar 1.488 jiwa, Gianyar 2.968 jiwa, Badung 549 jiwa, dan Jembrana 312 jiwa.