INFO NASIONAL - PT Pos Indonesia (Persero) akan mengembangkan big data analytic untuk mendongkrak inklusi keuangan, terutama di daerah rural (perdesaan). Melalui big data analytic tersebut, Pos Indonesia akan membuat credit scoring yang nantinya bisa bekerja sama dengan lembaga perbankan untuk penyaluran pembiayaan.
Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi Wahju Setijono mengatakan data yang digunakan akan diambil dari aktivitas ekonomi transaksi riil masyarakat rural di lapangan.
Baca Juga:
“Kami akan membangun terlebih dahulu big datanya. Butuh waktu sekitar satu tahun. Kami akan membuat divisi khusus big data analytic tersebut,” katanya di Bandung.
Pembangunan divisi big data analytic tersebut, menurut dia, dilakukan untuk menjembatani Indonesia terhadap pemerataan inklusi keuangan. Seperti diketahui, akses masyarakat rural terhadap lembaga keuangan masih terbatas.
“Secara umum, saat ini, baru 36 persen masyarakat Indonesia yang memiliki akun perbankan. Sebanyak 64 persen di antaranya mayoritas yang tinggal di pelosok belum tersentuh layanan perbankan,” ucapnya .
Baca Juga:
Padahal, menurut dia, potensi di perdesaan cukup besar. Ia mengatakan banyak masyarakat perdesaan, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), melakukan transaksi keuangan dengan omzet cukup besar.
“Data transaksi tersebut akan dimasukkan dalam suatu proses analytic. Hasil analytic itulah yang akan digunakan membuat credit scoring yang bisa digunakan sebagai rekomendasi terhadap akses funding,” ujarnya .
Big data analytic dibangun Pos Indonesia karena badan usaha milik negara tersebut memiliki infrastruktur dengan cakupan luas serta menjangkau rural area hingga ke pelosok. Namun, karena Pos Indonesia bukan lembaga keuangan, data tersebut akan menjadi bahan rekomendasi.
“Untuk eksekusi terhadap akses funding, akan bekerja sama dengan lembaga perbankan. Peran kami adalah menjembatani antara masyarakat rural dan lembaga perbankan,” tuturnya.
Selain big data analytic, Pos Indonesia akan luncurkan aplikasi Digiroin (Digital Giro Indonesia) untuk melayani masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan. Aplikasi tersebut sudah bisa diunduh melalui Appstore dan ditargetkan akan diluncurkan tahun depan.
“Salah satu pasar yang kami bidik adalah tenaga kerja Indonesia. Melalui aplikasi ini, mereka bisa menghemat biaya pengiriman uang menjadi 2 persen. Biasanya biaya pengiriman uang bisa 6-7 persen,” ujarnya. (*)