TEMPO.CO, Bandung - Pematung kondang, Nyoman Nuarta, ikut terjebak di Bali pascaletusan Gunung Agung, Ahad, 26 November 2017, akibat Bandar Udara (Bandara) Ngurah Rai ditutup. Hari ini, ia berusaha menyeberang ke Banyuwangi setelah kepulangannya lewat Bandara Ngurah Rai ke Bandung terganjal sejak tiga hari lalu.
"Sudah seminggu ini, saya mengontrak rumah di Denpasar," katanya saat dihubungi, Rabu, 29 November 2017.
Baca juga: Erupsi Gunung Agung, Jokowi Minta Turis Dilayani dengan Baik
Nuarta ke Bali untuk pemasangan rutin patung raksasa Garuda Wisnu Kencana di Jimbaran. Menurut dia, proses pemasangan patung tidak terganggu dampak letusan, berupa abu vulkanik. Faktor alam yang menghentikan kerja, yaitu hujan lebat.
Penutupan Bandara Ngurah Rai, sejauh ini belum berdampak pada arus pergantian jadwal pekerja. Pun pengiriman bahan patung dari studio kerjanya di Bandung. "Proyek tetap jalan dengan 120 orang dan material patung sudah siap untuk dipasang," ujarnya.
Selama terjebak di Bali, Nuarta menyayangkan peredaran kabar bohong (hoax) yang meresahkan. Misalnya, soal hujan batu akibat erupsi Gunung Agung dan Bandara Ngurah Rai yang tertutup debu vulkanik.
Di sisi lain, ia memuji pemerintah dan para pelaku industri pariwisata yang ikut mengurangi beban turis. Mereka, kata Nuarta, memberikan potongan harga sewa tinggal akibat penundaan penerbangan. Izin tinggal yang habis pun bisa diperpanjang. "Ini menunjukkan perilaku bangsa ini masih berbudaya," kata pematung berusia 66 tahun itu.
Gunung Agung, di Bali meletus, Ahad, 26 November 2017. Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menyebutkan jumlah pengungsi mencapai 40 ribu orang.