TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meminta masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah saat terjadi letusan dan erupsi yang cukup besar dari Gunung Agung. Selain itu, ia juga mengingatkan agar masyarakat tetap menggunakan masker.
"Kalau terjadi letusan yang cukup besar, terjadi hujan abu dan pasir menyebar, kita imbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah, tetap gunakan masker," kata kata Sutopo dalam konferensi persnya, di Grha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur pada Senin, 27 November 2017.
Baca: Ada 23 Desa yang Akan Terdampak Letusan Gunung Agung
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya telah menaikkan status Gunung Agung dari siaga (level 3) menjadi awas (level 4) terhitung mulai Senin, 27 November 2017 pukul 06:00 Wita. Status awas adalah status tertinggi dalam status gunung berapi.
Menurut catatan BNPB, erupsi Gunung Agung terus meningkat. Tingkat erupsi sekarang meningkat dari fase freatik ke magmatik sejak teramati sinar api di puncak di malam hari pada Ahad kemarin pukul 21.00 Wita. Sampai hari ini erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak.
Selain itu, menurut Sutopo, warga yang kemungkinan terdampak erupsi dan letusan harus rajin-rajin mengurangi abu atau pasir yang menempel di atap rumah. Hal ini, sesuai dengan pengalaman yang terjadi saat bencana letusan Gunung Merapi pada 2010 silam.
Baca: Gunung Agung Awas, BNPB Perkirakan 100.000 Penduduk Dievakuasi
"Rumah-rumah roboh karena beban menahan pasir dan abu yang ada di atap di atas genting semakin banyak waktu itu," katanya.
Sutopo juga menyarankan kepada warga yang tengah berada di tenda-tenda pengungsian untuk meninggalkan tenda pengunsian jika terjadi letusan yang membawa material abu dan pasir. Karena hujan abu dan pasir yang demikian banyak bisa menyebabkan tenda roboh dan menimpa masyarakat atau petugas yang ada di bawahnya. "Kami menyarankan berada di banjar-banjar, balai desa, atau bangunan yang permanen," ucapnya.