TEMPO.CO, Jakarta -Jusuf Kalla atau JK merespon peristiwa mulai bermunculannya kader Golkar yang mengklaim siap menggantikan Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar. Menurut mantan Ketua Umum Partai Golkar yang kini jadi Wakil President itu, pengganti Setya Novanto haruslah orang yang bersih dan berpengalaman.
"Saya hanya akan bicara syarat. Pilihlah orang yang masalahnya kurang. Tidak ada yang 100 persen bersih," kata JK ketika diwawancarai khusus oleh Tempo, Rabu, 22 November 2017.
BACA: Mengapa Jusuf Kalla Ingin Ganti Setya Novanto Sebelum Pemilu?
Sebagaimana diketahui, saat ini Golkar dalam keadaan gaduh pasca Ketua Umum Golkar dan Ketua DPR Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK untuk kasus korupsi E-KTP. Salah satunya, meributkan apakah Setya Novanto perlu dipertahankan sebagai ketua atau tidak.
Sejumlah kader sudah terang-terangan menyatakan bersedia memimpin Golkar menggantikan posisi Setya Novanto. Mereka diantaranya Titiek Soeharto, Idrus Marham, Ade Komarudin, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
BACA:Cerita Jusuf Kalla Soal Setya Novanto Minta Tolong ke Mana-mana
Sejauh ini, Golkar bertahan dengan PLT Ketua Umum yaitu Idrus Marham yang ditetapkan berdasarkan Rapat Pleno Golkar. Sementara itu, status Setya Novanto dinonaktifkan hingga ada putusan pra peradilan. Setya Novanto diketahui tidak mau dilengserkan dari posisinya tanpa diberi kesempatan membuktikan dirinya tak salah.
JK melanjutkan, pentingnya Golkar dipimpin orang yang masalahnya lebih sedikit dibandingkan Setya Novanto adalah karena image partai yang menjadi pertaruhan. Menurutnya, sejak Setya Novanto berperkara, image partai perlahan mulai turun dan berbahaya untuk Pemilu 2019 kalau tidak ditangani.
"Siapa yang paling kurang masalahnya? Itu biar pengurus Golkar yang cari. Kalau bermasalah lagi, nanti ribut lagi," ujar JK.
Infografis: Kasus-Kasus Setya Novanto Selain E-KTP dari Bank Bali sampai Limbah Beracun
Di luar faktor masalah, kata JK, hal yang terpenting adalah pengalaman. Hal itu sesuai AD/ART Golkar di mana calon ketua harus memiliki pengalaman minimal lima tahun.
"Waktu saya mau jadi Ketua Umum Golkar, dikira tidak ada pengalaman. Padahal saya sudah jadi pengurus sejak mereka belum masuk Golkar, pada 1965," ujar JK sambil terkekeh.
Ditanyai siapa kader Golkar saat ini yang memenuhi syarat-syarat yang ia tetapkan, JK enggan menjawab. "Saya juga tidak punya kewenangan dukung siapa karena tidak ada nilainya. Anda tanya DPD tingkat I saja," ujar JK.
Baca selengkapnya BLAKBLAKAN JUSUF KALLA di majalah Tempo
ISTMAN MP