TEMPO.CO, Jakarta - Jusuf Kalla (JK) bicara soal faktor Setya Novanto dan dukungan Golkar pada Pemilu 2019. Meski Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sedang bermasalah karena tersangkut kasus korupsi dan dipenjara, bukanlah faktor penentu suara Golkar akan ke mana pada 2019. Wakil Presiden ini menganggap Setya Novanto tak bisa dijadikan ukuran dan jaminan sikap partai berlambang pohon beringin itu akan solid pro pemerintah hingga 2019.
Jusuf Kalla mengatakan dukungan Golkar kepada pemerintah bergantung pada kader-kadernya, bukan Setya Novanto saja. "Bukan hanya Setya Novanto yang kasih jaminan. Semua yang di Golkar juga," kata JK dalam wawancaranya secara khusus kepada Tempo, Rabu, 22 November 2017.
Baca:
Golkar Komitmen Dukung Jokowi Meski...
JK: Citra DPR Ikut Terdampak Kasus Setya Novanto
Sebagaimana diketahui, Setya Novanto telah ditahan dan ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP. Dalam kasus tersebut, Ketua Umum Golkar dan Ketua DPR itu diduga mengatur proses pengadaan agar menguntungkan dirinya. Adapun negara ditaksir merugi Rp 2,3 triliun karena ulahnya.
Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Setya Novanto melakukan berbagai upaya untuk menghindar dari jeratan hukum. Salah satu yang diungkapkan oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah adalah meminta Presiden Joko Widodo mengintervensi perkaranya. Banyak yang menduga Setya menggunakan cara itu karena dukungan Golkar ke pemerintah dijadikan daya tawar.
JK menyampaikan, kalau semua kader Golkar kompak mendukung Presiden Joko Widodo untuk 2019, Golkar akan konsisten mendukung baik dengan Setya Novanto maupun tidak. Lagi pula, kata JK, keputusan untuk pro pemerintah bukanlah keputusan Setya Novanto pribadi, tapi keputusan rapimnas.
"Coba kau tanya Idrus Marham (PLT Ketum Golkar), pasti sama. Malah Idrus bikin buku Keutamaan Jokowi. Biasa saja. Tanya Enggartiasto Lukita, pasti sama juga," ujar JK.
BACA: Mengapa Jusuf Kalla Ingin Ganti Setya Novanto Sebelum Pemilu?
JK menambahkan, Golkar selalu cenderung berada di kubu pemerintah. Kalaupun sempat oposisi, pada ujungnya juga akan kembali ke kubu pemerintah. "Jarang oposisi. Awalnya oposisi, besok-besok gabung pemerintah lagi," ujar JK mengakhiri.
Baca selengkapnya BLAKBLAKAN JUSUF KALLA di majalah Tempo
ISTMAN M.P.