TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golongan Karya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyarankan agar partai beringin itu dipimpin kader muda yang tidak bermasalah. “Baik itu (masalah) moral maupun hukum," ucap Ujang dalam rilisnya, Selasa, 21 November 2017.
Meski demikian, Ujang mengakui, semua kader Golkar memiliki kesempatan yang sama memimpin Golkar pada masa datang.
Baca: Nusron Wahid: Golkar Akan Berhentikan Setya...
Ujang mengingatkan, Golkar butuh percepatan dalam mengembalikan citra yang sudah hancur di mata masyarakat karena kasus hukum megakorupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang diduga melibatkan Ketua Umum Setya Novanto. "Untuk recovery, Golkar butuh percepatan, karena tahun politik sudah di depan mata."
IPR memprediksi beberapa nama kuat yang bakal menggantikan Setya Novanto. Nama-nama itu adalah, “Idrus Marham, Nurdin Halid, dan Airlangga Hartarto." Tiga figur tersebut dinilai potensial.
Baca juga: Syarat Ketua Golkar Pengganti Setya Novanto...
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung mendengar kabar bahwa elektabilitas partainya kini hanya 7 persen. "Kalau di bawah 4 persen, boleh dikatakan dalam bahasa saya, bisa terjadi kiamat di Partai Golkar," kata mantan Ketua Umum Golkar itu di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Selasa, 14 November 2017. Pergantian Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dirasa semakin penting mengingat akan digelar pilkada serentak 2018.
Pergantian Ketua Umum Golkar, ujar Akbar, bisa membuat partai beringin sukses dalam pilkada serentak tahun depan. Kepemimpinan yang baru bakal membuat Golkar secara organisasi terkonsolidasi dengan baik.
ANDITA RAHMAH | AHMAD FAIZ IBNU SANI