INFO NASIONAL - Setelah melalui tahap seleksi yang ketat, Europalia Internasional secara resmi mengumumkan Indonesia sebagai Guest Country (Negara Tamu) untuk Festival Europalia ke-26 tahun 2017 pada 20 Mei 2015. Indonesia menjadi negara keempat di Asia yang dipercaya sebagai negara tamu Europalia setelah Jepang (1989), China (2009), dan India (2013).
Asosiasi internasional yang berdiri sejak tahun 1969 di bawah naungan Raja Belgia ini, memandang Indonesia sebagai negara multietnik dan multiagama yang sudah saatnya mendapat perhatian dari masyarakat Eropa yang semakin majemuk. Indonesia sebagai negara kedelepan di luar negara-negara Uni Eropa dan pertama di kawasan Asia Tenggara yang terpilih menjadi negara tamu di Festival Europalia ke-26 tahun 2017, yang berlangsung di Brussel, Belgia.
Baca Juga:
Festival Europalia 2017 itu berlangsung selama empat bulan mulai Oktober 2017 hingga Januari 2018. Festival ini akan menggelar pertunjukan kebudayaan dari Guest Country, yang tergambarkan dalam empat pilar, yaitu heritage, contemparary, creations, dan exchange.
Selama empat bulan, sebanyak 316 seniman dan budayawan Indonesia unjuk kebolehan di tujuh negara Eropa, di antaranya Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Austria, dan Polandia. Sebanyak 247 karya dan program kegiatan akan ditampilkan, di antaranya 20 pameran, 71 pertunjukan tari dan teater, 95 pertunjukan musik, apresiasi 34 karya sastra, pemutaran 18 film, dan sembilan konferensi.
Salah satu rangkaian kegiatan sebagai Guest Country di Festival Seni Europalia, Indonesia menggelar Pameran Kingdoms of the Sea Archipel, di Liege, Belgia. Pameran dengan tema “Budaya Maritim” ini, diselenggarakan di Museum La Boverie, di Liege, Belgia, dari tanggal 25 Oktober sampai 21 Januari 2018. Sebanyak 248 artefak dari koleksi Museum Nasional Indonesia dan beberapa museum provinsi, antara lain dari museum di Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Jambi, dan Bali, telah dibawa langsung untuk ditampilkan pada pameran ini.
Baca Juga:
Pameran Kingdoms of the Sea Archipel menjadi kegiatan budaya yang penting, dengan latar belakang sejarah dan peradaban bangsa Indonesia selalu lekat dan tidak lepas dari budaya maritime, yang merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau dan 81.000 kilometer panjang garis pantai, pameran maritim menjadi sebuah kesempatan penting untuk menampilkan identitas bangsa Indonesia yang penting dan lama terlupakan.
Pameran ini berupaya menggambarkan warisan sejarah maritim yang tersebar di seluruh Indonesia. Pameran menampilkan beberapa tahap sejarah maritim dari periode kuno (3000 Sebelum Masehi hingga awal Masehi), periode pramodern (awal Masehi hingga abad ke-16), periode awal modern (abad 16-18 Masehi), hingga periode modern (abad 18 hingga sekarang). Pada tahap pertama, dari pintu masuk pameran ditampilkan berbagai hasil pameran sejak masa Austronesia, yang menampilkan benda-benda seni dari batu dan perunggu hasil pertukaran diaspora dari Austronesia dan Melanesia. Banyak produk budaya yang ditampilkan, antara lain kapal, penggalan lukisan dari dinding gua, seni dari batu, nekara, dan moko.
Masa pramodern yang merupakan kelanjutan ekspansi budaya maritim merupakan hasil interaksi dengan datangnya pedagang dari India. Pada masa ini terjadi akulturasi budaya. Kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, dan Mataram, menjadi bagian dari akulturasi pada periode ini. Benda budaya yang ditampilkan dari periode ini berupa kapal, patung, musik, peta-peta kuno, serta prasasti dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Masa periode awal modern yang dipengaruhi interaksi dengan pedagang dari China menampilkan berbagai bentuk budaya, seperti keramik, sutra, porselen, dan arsitektur. Lebih ke dalam area pameran, ditampilkan periode awal modern yang dipengaruhi interaksi dengan bangsa-bangsa Eropa lewat jalur perdagangan bumbu. Kota-kota utama di Indonesia yang menjadi pusat yang merekam interaksi ini, yaitu Aceh, Banten, Banjarmasin, Ternate, Tidore, dan Palembang, menjadi tempat-tempat yang banyak ditemukan warisan sejarah maritim.
Untuk memeriahkan pameran ini, Indonesia membawa serta sebuah kapal yang dirakit langsung di Museum La Boverie Kapal tersebut adalah Kapal Padewakang, yang dibangun para pembuat kapal tradisional yang didatangkan langsung dari Sulawesi. Kapal Padewakang ini dipilih sebagai ikon budaya maritim di museum ini karena merupakan cikal bakal dari kapal pinisi yang telah dikenal luas. Padewakang merupakan kapal tradisional hasil budaya maritim Indonesia sebelum akhirnya berkembang oleh pengaruh modern yaitu kapal yang menggunakan mesin. Kapal dengan ukuran panjang 11 meter, tinggi 7 meter, dan lebar 4 meter, ini dibangun di Museum La Boverie dan merupakan kapal ketiga yang dibuat untuk ditampilkan di luar Indonesia, setelah dua kapal sebelumnya dibangun dan dilayarkan ke Australia. Keberadaan Kapal Padewakang juga menjadi daya tarik tersendiri pada pameran ini karena nilai sejarah dan keunikan kapal ini menjadi suatu hal yang baru di Eropa, yang telah mengambil bagian dalam pembentukan sejarah maritim Indonesia.
Pameran Kingdoms of the Sea Archipel, di Liege, Belgia, dibuka pada 24 Oktober 2017. Acara pembukaan dihadiri Wali Kota Liege Willy Demeyer, para narasumber dari pihak Indonesia, yaitu mantan Direktur Museum Nasional Indonesia yang bertindak selaku kurator pameran, Intan Mardiana dan Singgih Tri Sulistiono serta peneliti sejarah maritim Indonesia dari Universitas Diponegoro Semarang. Sementara dari pihak Belgia hadir Koordinator Kurator Europalia International, Dirk Vermaelen dan konsultan peneliti arkeologi dari Ecole Francaise d’extreme Orient, Pierre Yves Manguin.
Untuk mendukung pameran Kingdoms of the Sea Archipel, TEMPO Media serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengadakan Ngobrol@TEMPO bertema “Mengenal Lebih Jauh Budaya Maritim Indonesia”, di Galaxy International Experience Store, Lotte Shopping Avenue, Rabu, 22 November 2017.
Dalam acara ini, akan dibahas awal mula Indonesia sebagai negara maritim, penemuan yang membuktikannya, beberapa kemahsyuran yang diperoleh Indonesia dalam bidang kelautan, dan pentingnya pengetahuan mengenai budaya maritim untuk diketahui generasi muda Indonesia. Setelah diskusi berlangsung akan dilanjutkan dengan video conference dari Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang merupakan tempat pembuatan Kapal Padewakang yang dipamerkan di pameran Kingdoms of the Sea Archipel, Liege, Belgia, dan di Jakarta.
Beberapa pembicara kunci dalam acara ini, di antaranya Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Hilmar Farid, Peneliti Utama pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo, Scientific Adviser Pameran Archipel Singgih Tri Sulistiyono, serta Sekretaris Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Maritim Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) Dhini Sastroatmodjo. (*)