INFO MPR - Kepala Badan Sosialisasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Basarah menutup kegiatan sosialisasi empat pilar MPR, dengan metode pendidikan kebangsaan bela negara, dengan peserta anggota resimen mahasiswa (Menwa) di Kota Wisata Batu Malang, Jawa Timur, Minggu malam, 19 November 2017. Acara penutupan ditandai dengan pencopotan secara simbolis tanda peserta yang digunakan 100 anggota Menwa perwakilan dari 22 kampus se-Provinsi Jawa Timur.
Hadir saat itu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu Abdul Hakim, Komandan Menwa Provinsi Jawa Timur Atfiah El Zam Zami, Kepala Biro Persidangan dan Sosialisasi Tugiyana, Kepala Biro Keuangan Maifrizal, dan para pimpinan perguruan tinggi di Jawa Timur.
Dalam pidatonya, Basarah menyampaikan pentingnya pemerintah melalui Kementerian Pertahanan menjalankan fungsi pembinaan keprajuritan dan keilmuan yang dimiliki organisasi Menwa ini. Dia menganggap ada yang salah dalam membangun ideologi bangsa setelah berakhirnya pemerintahan Orde Baru. Penataran P4 berikut BP7-nya dibubarkan karena dianggap produk Orde Baru. Begitu pula organisasi Menwa tidak lagi di bawah binaan Kementerian Pertahanan karena dianggap bagian dari Orde Baru. "Menganggap Menwa sebagai bagian dari Orde Baru adalah sebuah kesalahan," ujarnya.
Menwa, menurut Basarah, adalah organisasi mahasiswa yang memiliki potensi sangat besar bagi kepentingan bangsa Indonesia untuk membina, menyemai generasi muda bangsa yang punya jiwa patriotisme, keprajuritan, juga keilmuan. Karena itu, kata Basah, sudah seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih pada keberadaan Menwa agar pembinaan lebih terarah, terukur, serta fokus melahirkan bintang-bintang Pancasila di setiap kampus.
Untuk itu, Basarah berharap para mahasiswa harus percaya diri dalam menjalankan tugas sebagai seorang mahasiswa di bidang pendidikan dan tugas sebagai seorang prajurit untuk mengawal bangsa ini secara bersama-sama. "Kami pastikan adik-adik Menwa tidak sendirian dalam menjalankan tugas dan fungsinya mengawal kampus dari segala ancaman ideologi dari luar yang akan merongrong kedaulatan Indonesia, termasuk kedaulatan ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila," ucapnya.
Sebelumnya, Tugiyana menyampaikan laporannya, lalu disusul sambutan Atfiah El Zam Zami.
Selaku penanggung jawab kegiatan sosialisasi empat pilar dengan metode pendidikan kebangsaan bela negara, Tugiyana menjelaskan, sampai akhir kegiatan, jumlah peserta tetap 100 orang, 65 laki-laki, 35 perempuan, dan hampir semuanya dalam keadaan sehat.
Menurut Tugiyana, secara umum, para peserta memiliki potensi luar biasa. Mereka memiliki kreativitas tinggi dan semangat pantang menyerah. "Sangat membanggakan. Lebih dari itu, ini bisa dijadikan model melahirkan pemimpin nasional yang religius,” katanya. (*)