TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kasbani mengatakan gempa berkekuatan 5 skala Richter yang mengguncang Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis pagi tadi, 9 November 2017, menaikkan aktivitas Gunung Agung. “Ada sedikit peningkatan kegempaan vulkanik di Gunung Agung. Naik sedikit, tapi kami masih melihat perkembangannya. Kami pantau terus,” katanya kepada Tempo, Kamis, 9 November 2017.
Kasbani menuturkan, dalam 12 jam terakhir, misalnya, aktivitas gempa vulkanik Gunung Agung sudah menyamai rata-rata jumlah gempa sejak aktivitas gunung itu diturunkan menjadi siaga atau level III. “Jumlah kegempaan kemarin-kemarin dalam sehari katakanlah sekitar 30-40 kali, sekarang dalam 12 jam meningkat segitu juga. (Itu) menandakan ada sedikit korelasi dengan adanya gempa tersebut, yang menyebabkan aktivitas vulkanik Gunung Agung meningkat sedikit,” ujarnya.
Baca juga: Gempa di Karangasem, Terasa Sampai Mataram
Menurut Kasbani, pusat gempa berada di lereng utara Gunung Agung. “Pusat gempa relatif dekat. Gempanya tektonik lokal di situ, mungkin masih ada kaitannya dengan suplai magma yang menyebabkan pelepasan energi dan masuk ke daerah sesar di situ,” ucapnya.
Kendati demikian, PVMBG masih mengkaji gempa yang terjadi di Kabupaten Karangasem tersebut. “Masih kita kaji apakah benar-benar gempa tektonik atau ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Agung. Tapi sepertinya masih ada hubungan dengan aktivitas vulkanik. Jadi magma ini masih terus berkembang, tapi efeknya dilepaskan melalui zona-zona lemah di sekitar situ,” tuturnya.
Kasbani berujar suplai magma Gunung Agung masih terjadi dengan masih terpantaunya gempa vulkanik di gunung tersebut. “Suplai magma masih terus meskipun tidak seintensif sebelumnya karena ini memang kegempaannya relatif sejak 20 Oktober 2017 kemarin, langsung turun. Meskipun masih fluktuatif, tapi trennya menurun,” katanya.
Baca juga: Pengungsi Gunung Agung Rayakan Galungan di Pengungsian
Kasbani mengatakan, kendati terjadi lonjakan jumlah kegempaan vulkanik dalam 12 jam terakhir, jumlahnya masih belum menyamai kumulasi jumlah gempa vulkanik yang terjadi dalam sehari saat status gunung itu ditetapkan awas atau level IV. Saat statusnya awas, gempa vulkanik bisa terjadi ratusan kali dalam sehari. “Sejak 20 November itu terus turun menjadi kurang dari 100 kali sehari, dan akhirnya hanya sekitar 40 kali dalam 24 jam,” ujarnya.
Kendati trennya menurun, PVMBG masih belum menurunkan status Gunung Agung. “Masih fluktuatif, tapi trennya terus turun. Suplai magma masih terjadi karena belum berhenti sama sekali. Gempa vulkanik yang terjadi menunjukkan suplai magma masih ada, tapi memang tidak secepat sebelumnya,” ucapnya.