TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tektonik yang mengguncang Karangasem, Bali, diakibatkan dari pergerakan sesar lokal. Gempa pada pukul 04.54, Kamis, 9 November 2017, ini tercatat bermagnitudo 4,8 berdasarkan pemutakhiran data.
"Hingga pukul 06.00, hasil monitoring BMKG mencatat lima kali gempa susulan dengan kekuatan kecil kurang dari magnitudo 3,0," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, Kamis, 9 November 2017.
Baca juga: Gempa di Karangasem, Terasa Sampai Mataram
Episentrum atau titik pusat gempa terletak pada pada koordinat 8,3 LS dan 115,55 BT. Tepatnya, di darat yang berjarak sekitar lima kilometer arah selatan Kubu, Karangasem, Bali, pada kedalaman 10 kilometer.
Dampak gempa berupa guncangan yang terasa di Karangasem, Bangli, Gianyar, Buleleng Timur, hingga Denpasar. Skala intensitas gempanya III MMI.
Di Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Sidemen, Manggis, Selat, dan Rendang, gempa ini dilaporkan terasa kuat hingga warga panik dan berlari berhamburan keluar rumah. "Dilaporkan juga dampak gempa ini menyebabkan atap rumah beberapa warga berjatuhan di Desa Laba Sari, Kecamatan Abang," ujarnya.
Berdasarkan kedalaman hiposenternya, menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar atau patahan lokal. "Ini sesuai dengan hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan gempa dibangkitkan penyesaran mendatar (strike slip fault)," ucapnya.
BMKG meminta warga Karangasem Bali tetap tenang karena kekuatan gempa susulan terus mengecil kekuatannya.
Sebelumnya diberitakan, guncangan gempa juga melintas selat hingga terasa di Mataram. Adapun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan gempa Karangasem, Bali, itu berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Agung.
ANWAR SISWADI