INFO NASIONAL - Museum Basoeki Abdullah, Jakarta, kembali menggelar pameran bertajuk “Lacak” yang digelar mulai 7 hingga 22 November 2017. Pameran kali ini bukan pameran lukisan biasa, melainkan pameran dokumentasi Basoeki Abdullah yang menampilkan jalan panjang sang maestro selama hidupnya, sejak lahir hingga meninggal. Selama pameran juga akan diisi dengan berbagai kegiatan, seperti launching film animasi, peluncurun game Basoeki Abdullah, serta workshop.
Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan mengajak semua undangan yang juga dihadiri siswa dan mahasiswa, untuk mengarsipkan diri sesuai dengan konteks kekinian. “Rajinlah membuat arsip, baik lewat blogger atau vloger. Siapa tahu ke depan kalian jadi orang hebat, maka perjalanan menuju itu telah terekam,” katanya saat membuka pameran, di Museum Basoeki Abdullah, Jalan Keuangan Raya 19, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa, 7 November 2017.
Baca Juga:
Kepala Museum Basoeki Abdullah Maeva Salmah mengatakan ide menggelar pameran ini timbul, karena rasa ingin tahu tentang Basoeki Abdullah sebagai sosok perupa yang disukai sekaligus dibenci. “Proses mengumpulkan arsip Basoeki Abdullah ini adalah hasil kerja sama dengan media yang sudah cukup tua di negeri ini, yakni Kompas dan Tempo. Pihak lain yang juga membantu adalah Arsip Nasional, Dewan Kesenian Jakarta, dan Lembaga Dictiart Laboratory Yogyakarta,” ujarnya.
Dari hasil kerja sama dengan berbagai pihak tersebut, kata Salmah, pameran ini berhasil menampilkan sejumlah arsip Basoeki Abdullah. “Arsip-arsip penting, seperti foto-foto dokumentasi, artikel, kartu pos, surat pribadi, surat tagihan, undangan, katalog pameran, faksimile, laporan kekaryaan lukisannya, informasi pribadi dan pesan tertulis pelukis, catatan harian, sampul majalah, poster, materi iklan produk, buku-buku, serta kliping surat kabar,” ucapnya.
Untuk memudahkan pengunjung pameran, arsip yang dipamerkan dibagi menjadi empat bagian berdasarkan dokumen yang didapat dan mencerminkan proses panjang karir Basoeki Abdullah, yaitu AKU, DAYA, RUPA, dan MASYHUR.
Baca Juga:
Segmen pertama, AKU yang merupakan potongan kehidupan Basoeki Abdullah dari dokumen pribadi atau foto terseleksi, menjadi sangat menarik lantaran jarang diketahui publik. Kurator Pameran Lacak, Mikke Susanto, mengatakan arsip pribadi sebagai dokumentasi itu sangat penting. “Basoeki Abdullah seorang seniman yang sadar akan dokumentasi pribadi, bisa kita lihat dari foto-foto yang ada,” tuturnya.
Jejak jalan pedang Basoeki Abdullah selama karirnya sebagai pelukis memang banyak menuai kontroversi, bahkan citranya dianggap kelewat negatif bagi para pengamat. Sehingga hal ini menarik perhatian sejumlah kalangan, termasuk media.
Tak terhitung berapa banyak media luar dan dalam negeri yang menceritakan kisahnya, mulai ari prestasi hingga kehidupan pribadi. Sehingga untuk mencari serpihan dokumentasi Basoeki Abdullah diperlukan jalan panjang, yakni berbagai pendekatan kepada individu maupun institusi sejak beberapa tahun silam.
Pada kesempatan pembukaan pameran yang berlansung kali ini, dilakukan juga pemberian apresiasi bagi para pemenang lomba menulis kritik seni dan film dokumenter tentang Basoeki Abdullah, yang merupakan salah satu kegiatan pra-event Pameran “Lacak”. Selain itu, pra-event lain yang juga digelar adalah hasil kerja sama dengan Tempo, yang membahas “Arsip Seni Sebagai Warisan Budaya” di acara Ngobrol@Tempo, yang digelar pada 31 Oktober 2017. (*)