TEMPO.CO, Mataram - Dua jenazah terduga teroris asal Bima, Nusa Tenggara Barat, dipulangkan ke kampung halamannya. Kedua jenazah itu sempat disemayamkan di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk menjalani autopsi.
Pemulangan dua jenazah terduga teroris atas nama Muhammad Amirullah alias One Dance, 37 tahun, dan Rahmad Fadhlidzil Jalal alias Yaman, 27 tahun, ke Bima Kota itu mendapat pengawalan ketat dari anggota kepolisian. Pihak keluarga kedua almarhum tampak turut mendampingi proses pemulangan jenazah.
Baca: Dua Jenazah Terduga Teroris Bima Diautopsi di Mataram
"Dari apa yang kami komunikasikan dengan pihak keluarga, keluarganya sudah menerima dengan baik dan mempercayakannya kepada kami bahwa itu sebagai bentuk tindakan hukum," kata Wakil Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Komisaris Besar Tajuddin setelah melihat proses pemulangan kedua jenazah di RS Bhayangkara Mataram, Rabu, 1 November 2017.
Terkait dengan hasil autopsi, Tajuddin mengaku belum menerima laporan secara resmi dari pihak rumah sakit. "Dari Kabid Dokkes belum menjelaskan kepada saya, tapi yang jelas hasilnya secara teknis kedokteran. Autopsi ini tentunya mengeluarkan benda-benda yang bersarang dalam tubuhnya, membersihkan semuanya, dan itu menjadi barang bukti. Sebetulnya itu semacam identifikasi," ujarnya.
Baca: Polisi Sebut Teroris Bima Terkait dengan Kelompok Santoso
Dua jenazah terduga teroris itu dibawa ke RS Bhayangkara Mataram, kemarin. Keduanya tewas dalam aksi baku tembak dengan aparat polisi gabungan di bawah kendali Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror pada Senin pagi.
Baku tembak itu terjadi di kawasan Pegunungan Oi Sarume, Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Dua anggota dari kelompok terduga teroris ini dilaporkan melarikan diri setelah One Dance dan Yaman tewas.
Aparat polisi gabungan hingga saat ini masih terus melakukan perburuan lapangan terhadap sisa kelompok teroris yang disinyalir di bawah pimpinan Imam Munandar. Imam adalah otak pelaku penembakan dua anggota Polres Bima Kota pada 11 September lalu.