TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan pihaknya akan terus memproses kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. "Pada prinsipnya bahwa proses untuk mengungkap kasus ini terus dilakukan tidak berhenti," ucap Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 31 Oktober 2017.
Sudah 200 hari dari peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel namun pelaku belum bisa ditemukan. Menurut Martinus ada kendala dalam penyidikan berupa kendala teknis. "Kendala-kendala dalam penyidikan itu ada dan kendala teknis seperi apa tentu penyidik yang lebih tau," ujarnya. Pihaknya terus berupaya untuk segera mengungkap siapa pelaku penyiraman tersebut.
Baca juga: Kasus Novel Baswedan, KPK: Tim Independen Belum Jadi Opsi
Senada dengan Polri, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode M Syarief mengatakan penyidikan kasus penyerangan Novel oleh kepolisian terus berjalan. "Kapolda memimpin langsung upaya pencarian itu,” ujar Laode, Senin 30 Oktober 2017.
Komunikasi informal antara pemimpin KPK dan Kepala Polri serta Kepala Polda Metro Jaya pun masih berlanjut. "Info terakhir tentang Novel, mereka menemukan beberapa clue, tetapi belum dipresentasikan," ucapnya.
Permintaan untuk dibentuk tim independen, Laode mengatakan usul tersebut belum bisa diwujudkan. "(Pembentukan tim independen) itu belum jadi opsi karena Polri masih melakukan pekerjaannya. Menurut mereka, kasusnya sulit," katanya.
Baca juga: 200 Hari Kasus Novel Baswedan, Pegawai KPK Gunakan Pita Hitam
Penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017. Ia diserang menggunakan air keras oleh dua orang tak dikenal setelah melaksanakan salat subuh di masjid dekat rumahnya. Kepolisian telah memeriksa puluhan saksi untuk menemukan pelakunya, tapi masih nihil. Polisi baru mampu membuat sketsa satu terduga pelaku.
Novel Baswedan telah menjalani beberapa kali operasi untuk menyembuhkan matanya di Singapura. Seharusnya ia menjalani operasi besar tahap kedua pada mata kirinya. Namun operasi tersebut ditunda karena proses pemulihan belum merata.