TEMPO.CO, Jakarta - Ahli komunikasi politik Universitas Airlangga, Surabaya, Suko Widodo, berpendapat pemilihan gubernur Jawa Timur 2018 tak lagi dipengaruhi batas kultural ataupun wilayah.
"Tidak lagi dibatasi pemilih Mataraman, Tapal Kuda, arek, dan sejenisnya. Artinya, calon yang berpeluang menang nantinya bukan karena batas-batas itu," ujarnya dalam diskusi panel bertema "Pilkada Jatim 2018 di Era Milenial” di Surabaya, Kamis, 26 Oktober 2017.
Menurut dia, suara signifikan pemilih dalam pilgub Jatim 2018 mendatang didominasi penguatan teknologi informasi. Karena itu, kata dia, meski calonnya berasal dari salah satu batas kultural, hal tersebut bukan masalah berarti.
Baca juga: Pilgub Jatim 2018, Khofifah Dinilai Bisa Kuasai Zona Mataraman
"Kalau calonnya Tapal Kuda, maka bisa sangat besar suaranya di Mataraman, di arek, atau sebaliknya. Ini karena teknologi informasi sudah sangat menguasai dan siapa yang mampu memanfaatkannya akan berpeluang menang," ucapnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair itu menjelaskan, teknologi informasi sudah menembus batas ruang dan waktu, khususnya yang dikuasai sumber daya manusia bertipe milenial.
Baca juga: Prabowo Akan Menemui Ulama untuk Membahas Pilgub Jatim
Selain itu, ia menyarankan calon gubernur dalam pilgub Jatim 2018 tidak sekadar memanfaatkan teknologi informasi dengan penggunaan terbatas, melainkan lebih mengedepankan inovasi, salah satunya dengan menguasai SDM bertipe milenial, yang memiliki banyak pengikut di media sosial.
"Kepiawaian mengelola teknologi informasi yang menentukan kemenangan. Intinya, anak muda jangan disuguhi gambar audio visual tanpa diajak komunikasi. Ingat, interaktif akan menjadi sangat penting dan berpengaruh," katanya.