TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan sindrom sleeping beauty alias "putri tidur" yang dialami remaja putri di Banjarmasin dipicu oleh gigitan serangga. Menurut dia, sindrom tersebut disebabkan oleh lalat tsetse.
"Dia itu bukan tertular penyakit atau sedang meminum obat tidur. Sindrom itu dikenal orang-orang dulu akibat gigitan lalat tsetse," ujar Nila saat dicegat awak media di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 26 Oktober 2017.
Baca: Gadis di Banjarmasin Kena Sindrom Sleeping Beauty, Bukan Dongeng
Simptom "putri tidur" ramai diberitakan setelah warga Banjarmasin, Echa, terlelap selama 13 hari. Setelah terbangun dari tidurnya, Echa kesulitan mengingat apa yang terjadi padanya.
Keluarga dari Echa tidak mengetahui apa yang terjadi pada anak mereka. Walhasil, mereka merawat Echa apa adanya walaupun anak perempuan tersebut bisa tidur berhari-hari tanpa menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
Menurut Nila, lalat tsetse dapat menularkan parasit yang menginfeksi sistem saraf pusat manusia. Awalnya infeksi tersebut menyebabkan demam, sakit kepala, dan gatal-gatal pada kulit.
Baca: Sindrom Sleeping Beauty, Adakah Obatnya
Penderita gigitan lalat itu selanjutnya akan merasakan kejang-kejang, sulit berpikir, serta tidur dalam waktu yang lebih lama. Jika tidak diobati, ada potensi korban tidak akan pernah bisa bangun dari tidurnya.
Nila mengatakan pemerintah akan mengecek terus kondisi sindrom sleeping beauty terhadap siswa sekolah menengah pertama itu. Ia mengaku akan berkoordinasi kepada dinas kesehatan setempat. "Nanti kami bantu," ujarnya.
ISTMAN M.P.