TEMPO.CO, Jakarta - Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap sembilan terduga teroris yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Penangkapan tersebut dalam rangka Operasi Penindakan serentak yang dilakukan pada Selasa, 24 Oktober 2017.
"Kesembilannya ditangkap di empat daerah. Sulawesi Selatan, Pekanbaru, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Rikwanto pada Selasa, 24 Oktober 2017 dalam keterangan tertulis.
Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap sebanyak sembilan terduga teroris dari berbagai wilayah di Indonesia. Rikwanto mengatakan penangkapan sembilan terduga teroris berlangsung pada Selasa, 24 Oktober 2017 sejak pukul 6.00 hingga 12.30 WIB.
Baca juga: Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris di Riau
"Operasi penindakan serentak yang dilakukan pada hari ini Selasa tanggal 24 Oktober 2017 di beberapa wilayah Indonesia dengan berhasil menangkap sembilan orang tersangka terorisme," kata Rikwanto.
Ia menuturkan, penangkapan pertama dilakukan terhadap Yoyok Handoko alias Abu Zaid di kawasan Jalan Bukit Barisan Pekanbaru, Riau sekitar pukul 06.00 WIB.
Menurut dia, Yoyok adalah salah seorang yang ikut dalam persiapan di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau. Selain itu, Yoyok juga diketahui mengikuti pelatihan menembak di Jambi dan merencanakan aksi teror dengan sasaran asaran kantor polisi di Pekanbaru.
Selanjutnya, Densus 88 menangkap Bakri alias Bakri Baroncong alias Aslam alias Pak Nur di Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan sekitar pukul 07.04 WITA.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Serpong
Densus 88 juga menangkap Muhammad Khoirudin (31) di Jalan Sapen, Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah pada pukul 7.15 WIB. Rikwanto mengatakan bahwa Khoirudin diduga sebagai yang menyandang dana untuk kelompok pimpinan Hendro Fernando yang terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Poso, Sulawesi Tengah periode 2015 hingga 2016.
Rikwanto berujar, Bakri ditangkap lantaran diduga ikut serta dalam pelemparan benda diduga bom ke arah Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pada 2012.
Kemudian, Densus 88 menangkap Wawan alias Abu Afif (42) di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Pandau Permai, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau sekitar pukul 7.15 WIB,
Wawan diduga anggota kelompok Jamaah Ansor Daullah (JAD) di Pekanbaru yang pernah memimpin persiapan aksi teror di Bukit Gema. Selain itu, Wawan juga didugamemotivasi pelaksanaan serangan teror ke kantor polisi serta mengetahui adanya pelatihan membuat bom dan pelatihan menembak di Jambi.
Dari lokasi dan waktu yang sama, Densus 88 menangkap Beni Samsu Trisno alias Abu Ibrohim (30). "Diduga, dia (Beni) memiliki peran yang sama dengan Wawan," kata Rikwanto.
Setelah itu,Handoko aluas Abu Buchori ditangkap di kediamannya, Perumahan Griya Taman Anggrek Rambah Jaya, Kecamatan Siak Hulu Kubang Raya, Kampar sekitar pukul 10.30 WIB.
Baca juga: Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris di Karanganyar
Kemudian, Densus 88 menangkap Hasby di Jalan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, Rikwanto tidak menjelaskan terkait dugaan tindak pidana terorisme yang diduga dilakukan Hasby.
Lalu, Densus 88 menangkap Hendrasti Wijanarko alias Koko alias Jarwoko alias Lir Ilir (31) di Jalan Raya Ponorogo-Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur sekitar pukul 11.20 WIB.
Rikwanto mengatakan, Hendrasti merupakan anggota di salah satu grup di aplikasi pesan yakni Telegram, yang berisi anggota pendukung daulah, serta warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok ISIS Bahrum Naim.
Menurutnya, Hendrasti juga diduga mengetahui rencana serangan teror di depan Istana Negara pada Oktober 2016 silam. Terakhir, Densus 88 menangkap Nanang Kurniawan alias Abu Aisha di Jalan Kubang Raya, Dusun Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar sekitar pukul 12.30 WIB. "Untuk selanjutnya akan dilakukan interogasi terhadap yang bersangkutan," ujar Rikwanto.
Baca juga:Inilah Tiga Penyebab Ide Densus Antikorupsi Bikin Gaduh