Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Korban Peristiwa 1965 Mengaku Diintimidasi Ormas dan Aparat

image-gnews
Pengunjung mengamati foto-foto korban 1965 yang dipamerkan di Museum Temporer Rekoleksi Memori, Jakarta, 7 Desember 2015. ANTARA/M Agung Rajasa
Pengunjung mengamati foto-foto korban 1965 yang dipamerkan di Museum Temporer Rekoleksi Memori, Jakarta, 7 Desember 2015. ANTARA/M Agung Rajasa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP65) mengadukan sejumlah aksi persekusi dan intimidasi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan korban peristiwa 1965 di sejumlah tempat. Ketua YPKP65 Bedjo Untung menyebut intimidasi dilakukan organisasi kemasyarakatan tertentu hingga aparat penegak hukum.

"Salah satunya, yaitu pembubaran paksa kegiatan di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah," katanya di kantor pusat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Oktober 2017.

Baca: Datangi Komnas HAM, Bedjo Untung YPKP65 Laporkan Dokumen AS

Pada Senin, 21 Agustus 2017, sejumlah ormas diduga melakukan intimidasi berupa penghentian paksa pertemuan antara Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) serta para korban peristiwa 1965. Acara tersebut, kata Untung, sebenarnya atas inisiasi LPSK yang ingin memberikan layanan medis kepada korban. "Para korban itu kan sudah tua dan sakit-sakitan, tapi justru dibubarkan," ujarnya.

Selain aksi persekusi dan intimidasi, ada dua hal lain yang dilaporkan YPKP65 kepada Komnas HAM hari ini. Pertama, tentang dokumen rahasia Amerika Serikat mengenai keterlibatan Tentara Nasional Angkatan Darat dalam tragedi 1965-1966. Laporan kedua, temuan kuburan massal korban pembunuhan 1965-1966. Bedjo menyebutkan titik kuburan yang ditemukan YPKP65 bertambah dari 122 titik menjadi 132 titik.

Baca: Komnas HAM Akan Lanjutkan Penyelidikan Peristiwa 1965

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak hanya di Cilacap, pada Kamis, 14 April 2016, sebuah organisasi massa juga diduga membubarkan perkumpulan lokakarya YPKP di Cianjur. Lokakarya tersebut rencananya digelar pada 14-16 April 2016.

Meski dibubarkan, Bedjo mengatakan lokakarya tetap diselenggarakan, tapi berpindah tempat ke LBH Jakarta. "Pertemuan-pertemuan lain di Bukittinggi, Sumatera Barat, dan Solo, Jawa Tengah, juga dibubarkan," ucapnya.

Baca: Mengapa Berkas Penyelidikan Peristiwa 1965 Selalu Dikembalikan?

Intimidasi tak hanya terjadi pada kegiatan, tapi juga terhadap anggota YPKP65. Bedjo pun mengaku heran. "Organisasi kami ini terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, kami mendukung Pancasila, tapi masih diawasi terus," tuturnya.

Muhammad Nurkhoiron, anggota YPKP65 dari Pekalongan, Jawa Tengah, menceritakan bagaimana ia kerap diintai aparat militer. Ia juga menyebut masih banyak intimidasi yang diterima korban peristiwa 1965.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

5 Oktober 2021

Gubernur Lemhanas yang baru, Agus Widjojo, tiba dalam pelantikan di Istana Negara, Jakarta, 15 April 2016. TEMPO/Subekti.
Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

Agus Widjojo merupakan Gubernur Lemhannas yang menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi '65. Berikut adalah profil singkatnya.


Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

4 Oktober 2021

Ilustrasi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). (Foto Antara)
Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

Gus Dur pernah meminta maaf atas pembantaian yang menimpa ratusan ribu terduga simpatisan PKI setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S)


Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

1 Oktober 2021

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

S. Parman memiliki kakak yang merupakan petinggi PKI dan diduga mengetahui rencana penculikan para jenderal pada aksi G30S


Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

30 September 2021

Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

Siapa dalang sebenarnya di balik peristiwa G30S hingga kini masih menuai pertanyaan. Ada yang menyebut PKI, konflik militer, hingga CIA


Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

30 September 2021

Petugas mengecat Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

PKI pernah terlibat dua pemberontakan melawan penjajahan kolonial Hindia Belanda


Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

29 September 2021

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

Kesehatan Maria Elizabeth Cornet menurun setelah anaknya, Pierre Tendean, wafat. Sementara Rukmini butuh bertahun-tahun memulihkan perasaannya


Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

29 September 2021

Adegan film dokumenter
Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

Jagal dan Senyap, dua film karya Joshua Oppenheimer ini punya cerita alternatif mengenai tragedi 1965


Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

29 September 2021

wartawan Umar Said (kanan)
Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

Setelah peristiwa G30S, pemerintahan Soeharto mencabut paspor mahasiwa Indonesia yang kuliah di negara-negara komunis


Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

24 November 2020

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan kepada calon kepala daerah yang direkomendasikan PDIP di Pilkada 2020. Pengarahan digelar di Kantor DPP PDIP, Jakarta, 19 Februari 2020. Tempo/Friski Riana
Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

Megawati menilai sejarah di masa 1965-1967 seperti dipotong dan dihapus oleh pemerintah Orde Baru.


YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

3 Oktober 2019

Komisioner Komnas HAM Amiruddin saat menerima Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 65) Bedjo Untung di Gedung Komnas HAM, Jakarta, 15 November 2017. YPKP 65 melaporkan bukti baru berupa penemuan kuburan massal di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. TEMPO/Subekti.
YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

YPKP 65, kata Bedjo, siap bekerja sama dengan Komnas HAM untuk menunjukkan lokasi keseluruhan kuburan massal.