TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik terkendala banyaknya identitas ganda. Ia membantah terhambatnya pembuatan e-KTP masyarakat karena kurangnya blanko e-KTP.
"Kalau membuat e-KTP bukan kayak beli kacang, bayar langsung dapat. Kita cek dulu, karena masih ada satu juta warga yang datanya masih ganda," ujar Tjahjo di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu, 22 Oktober 2017. Ia pun mengeluhkan banyaknya masyarakat yang tak memperbarui identitas sehingga pembuatan e-KTP memakan waktu lama.
Baca juga: Alasan Mendagri Membuka Layanan E-KTP di Mal dan Sekolah
Tjahjo mencontohkan, Siti Aisyah, warga negara Indonesia, yang diduga membunuh Kim Jong-nam. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, Siti memiliki dua identitas dengan dua alamat berbeda. "Maka enggak semua orang datang langsung kita bikinkan e-KTP, kita cek dulu datanya," ujarnya.
Belakangan, Kementerian Dalam Negeri membuka layanan perekaman e-KTP di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Perekaman itu disambut antusias ribuan masyarakat untuk membuat e-KTP. Tjahjo pun mengatakan nantinya akan membuka stan di pusat-pusat keramaian untuk layanan perekaman data. "Nanti kita buka di mal-mal dan tempat yang ramai pengunjungnya," ujarnya.
Baca juga: Beredar Info Cetak E-KTP Instan, Ini Kata Kemendagri
Perekaman e-KTP pada sejumlah event tersebut menggunakan blanko e-KTP dari pusat. Bagi orang yang mau melakukan perekaman e-KTP, syaratnya sederhana. "Minimal dia bisa menunjukkan surat domisili," kata Tjahjo. Ia tak menyangka layanan e-KTP di TMII bakal antre.
Tjahjo pun meminta agar pemerintah proaktif dalam memantau ketersediaan blanko. Jika blanko habis, kata dia, pemerintah daerah bisa meminta ke pemerintah pusat. "Hanya, kalau memang lama karena masih ada satu juta yang punya KTP ganda. Jangan sampai kita kasih e-KTP disalahgunakan," katanya.