TEMPO.CO, Surabaya - Kandidat calon gubernur dalam pemilihan kepala daerah Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mengaku popularitasnya tidak sehebat perhitungan survei. Menurut dia, masih banyak masyarakat Jawa Timur yang belum mengenalnya. "Popularitas saya mentok? Ah, belumlah," katanya kepada Tempo, Jumat, 20 Oktober 2017.
Pengamat politik menilai elektabilitas kedua kandidat gubernur Jawa Timur, Saifullah atau Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa, sudah mencapai puncak. Masyarakat Jawa Timur sudah mengenal baik kedua sosok yang sejak dua periode sebelumnya menjadi rival itu.
Baca: Aktivis Ingatkan Cagub Jatim Tak Gunakan Jabatan untuk Kampanye ...
"Gus Ipul dan Khofifah ini kan sudah musuh bebuyutan sejak dua periode yang lalu. Gus Ipul wakil gubernur inkumben, sedangkan Khofifah menteri," ujar Kepala Laboratorium Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Fazadhora Nailufar, kepada Tempo di Surabaya, Senin malam, 16 Oktober 2017.
Ketika popularitas dan elektabilitas telah mencapai puncak, maka kecenderungan berikutnya malah sebaliknya. "Kalau elektabilitas Gus Ipul sudah mentok, popularitas sudah di puncaknya, ya, setelah itu trennya menurun," kata perempuan yang biasa disapa Dhora itu.
Gus Ipul berpendapat, dirinya baru dikenal sekitar 80 persen masyarakat. Dari total 39 juta penduduk Jawa Timur, tak semuanya bisa dia jangkau. "Enggak semua orang lihat televisi dan media sosial," ujarnya.
Baca juga: Abdullah Azwar Anas Ziarah ke Makam Bung Karno
Pria kelahiran Pasuruan itu menggambarkan betapa luasnya wilayah Jawa Timur. Mulai Ngawi hingga Banyuwangi serta dari Malang sampai Sumenep. Ada yang datang dan pergi sehingga tak semuanya mengenal dia dan pasangannya, Abdullah Azwar Anas. “Apalagi Abdullah Azwar Anas, ceruknya masih besar," ucapnya.
Jawa Timur, kata Gus Ipul, berbeda dengan DKI Jakarta. Infrastruktur dan sarana DKI sudah lengkap sehingga mendukung keterjangkauan masyarakat terhadap para kandidat. "Di Jakarta bisa 100 persen karena warganya semua bisa mengakses," tuturnya.
Kendati merasa belum cukup populer, Gus Ipul menyatakan tidak menerapkan strategi khusus dalam pilkada Jawa Timur 2018. Bagi dia, yang terpenting ialah pendekatan kepada masyarakat, baik terhadap kalangan abangan, yang mayoritas menghuni wilayah Matraman, maupun santri atau religius. "Sama saja, enggak ada strategi khusus. Mau Mataraman atau Tapal Kuda sama saja," katanya.
Saifullah Yusuf juga mengetahui karakter masyarakat Mataraman, yang kuat memegang tradisi dan budaya. "Saya sejak dulu juga menggelar wayangan, pakai pendekatan budaya," ujarnya.