TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Franz Magnis Suseno menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan keseleo lidah saat menyebut "pribumi" dalam pidatonya. Dia mengatakan hal ini tidak apa-apa selama tidak terulang kembali.
"Saya kira itu slip tounge, kalau itu tidak terulang," ujar Magnis di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu, 18 Oktober 2017.
Baca: Putri Gus Dur Soal Pidato Anies: Publik Jangan Sampai Terjebak
Pidato pelantikan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta menuai banyak tanggapan dari berbagai pihak dan masyarakat. Dalam pidatonya, Anies menyelipkan kata "pribumi" yang dianggap membawa sentimen primordial dan sarat dengan politisasi identitas.
Selain itu, penggunaan kata "pribumi" tersebut dinilai sangat tidak etis lantaran menyebabkan kegaduhan baru. Padahal, sudah ada Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 yang memerintahkan untuk menghentikan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi.
Baca: Fahri Hamzah Sarankan Anies Baswedan Tiru Ahok Soal Pidato
Menurut Magnis, pidato Anies yang menyebut kata "pribumi" tidak masalah jika tak terulang kembali. Dia mengatakan jika pidato menyebut kata "pribumi" ini terulang maka akan menimbulkan pertanyaan serius. "Jadi satu kali bisa saja terjadi," ujarnya.
Magnis mengatakan kata "pribumi" dan "nonpribumi" sudah tidak termasuk dalam bahasa Indonesia. Dia juga mengatakan penjelasan Anies Baswedan yang menyatakan kata "pribumi" terkait era kolonial tidak jelas maksudnya. "Tidak jelas maksudnya dia sampai tahun 1945 atau sampai 2017. Kalau kolonial buat apa diangkat pada saat sekarang," kata dia.