INFO NASIONAL - Pelibatan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terus dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Masyarakat yang berada di sekitar hutan menjadi aktor utama dalam upaya pencegahan karhutla, karena kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran adalah kunci keberhasilan dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup Raffles B. Panjaitan mengatakan, setiap kegiatan pencegahan yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup ditujukan kepada masyarakat sebagai sasaran utama. "Sosialisasi kepada masyarakat, tidak henti-hentinya dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup, melalui Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Manggala Agni, yang terjun langsung ke lapangan," ujarnya saat melakukan sosialisasi pencegahan karhutla di Provinsi Riau, Jumat, 13 Oktober 2017.
“Perubahan perilaku dari masyarakat menjadi tujuan dari upaya pencegahan yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup. Rantai karhutla harus diputus melalui penyadartahuan yang dilakukan terus menerus, sehingga kesadaran untuk menjaga lingkungan tertanam dalam kehidupan masyarakat. Manggala Agni memberikan penyadartahuan melalui anjangsana, kunjungan, dan pendekatan personal kepada masyarakat," katanya.
Sosialisasi Manggala Agni Daops Pekanbaru dilaksanakan kepada Anggota Koramil Tapung, Anggota Polsek Tapung, Mayarakat Peduli Api (MPA) Karya Indah, tokoh masyarakat, Karang Taruna, dan ibu-ibu PKK, di aula Desa Kepau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Selain itu, Manggala Agni juga melakukan pendekatan kepada pelajar melalui kunjungan ke sekolah "Manggala Agni Go to School", yang dilakukan di SMAN 2 Siak Hulu dan SMAN 13 Pekanbaru.
Upaya-upaya tersebut tentunya mendukung penurunan hotspot pada beberapa wilayah rawan karhutla. Hal ini terlihat dari pantauan Posko Dalkarhutla Kementerian Lingkungan Hidup, pada Jumat, 13 Oktober 2017, pukul 20.00, yang mencatat delapan hotspot berdasarkan satelit NOAA. Hotspot ini tersebar di Kalimantan Tengah (satu titik), Kalimantan Selatan (dua titik), Sulawesi Tenggara (empat titik), dan Sulawesi Selatan (satu titik). Jumlah yang sama juga terpantau satelit TERRA AQUA, dengan penyebaran hotspot di Papua (tiga titik), Lampung (tiga titik), dan Nusa Tenggara Timur (dua titik).
Dengan demikian, pantauan total hotspot selama 1 Januari-13 Oktober tetap menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.154 titik atau sebesar 32,62 persen. Berdasarkan Satelit NOAA, terdapat hotspot sebanyak 2.383 titik di seluruh Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama di 2016, jumlah hotspot tercatat sebanyak 3.537 titik.
Penurunan total hotspot juga ditunjukkan satelit TERRA-AQUA (NASA) confidence level lebih dari 80 persen, yang mencatat terdapat 1.887 hotspot. Jumlah ini menurun sebanyak 1.718 titik (47,65 persen), jika dibandingkan dengan tahun 2016 pada periode yang sama, yaitu sebanyak 3.605 titik. (*)