TEMPO.CO, Surabaya - Dengan hati-hati, petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Bulak, Surabaya, Diky Noverianto, mengeluarkan sebuah kotak kayu dari dalam lemari besi. Satu sisi kotak itu bertuliskan huruf Arab dengan rangkaian pendek-pendek. Di sisi lain berderet kalimat serupa, tapi berukuran lebih besar.
Lemari besi biru keabu-abuan itu berdiri persis di belakang meja kerja Diky. Bagian dalamnya penuh berkas dan dokumen. Di sela-sela berkas dan dokumen itulah kotak kayu sepanjang kurang lebih 40 sentimeter berisi jenglot tersebut disimpan.
Baca: Jenglot Temuan di Pantai Surabaya Disimpan di Kecamatan Bulak
Dua ujungnya diikat dengan tali kain seperti pocong jenazah. Aroma anyir menyeruak setelah jemari Diky membuka kain pembungkus jenglot. "Ditaruh di sini (lemari) karena bau," ujar Diky saat ditemui Tempo di kantor Kecamatan Bulak, Surabaya, Selasa, 17 Oktober 2017.
Satpol PP, atas perintah Camat Bulak Suprayitno, menaruh jenglot itu dalam lemari. Alasannya, sosok mumi menyerupai manusia mini itu meresahkan warga di sekitar kawasan Pantai Kenjeran. Sebelumnya, jenglot itu "dievakuasi" anak buah Diky dari bebatuan Pantai Watu-Watu Senin petang, 16 Oktober 2017.
Simak: Jenglot Ditemukan di Cirebon
Menurut Suprayitno, jenglot itu ditemukan pengunjung pantai yang sedang bersantai. Pengunjung pantai itu mengaku melihat seorang pria menaruh kotak. Saat dibuka, pengunjung pantai itu terkejut karena isinya jenglot. "Orang-orang semakin bergerombol, tapi enggak ada yang berani memegang. Jadi mereka panggil Satpol PP, lalu diamankan kemari," ucapnya.
Saksikan: Ini Penampakan Jenglot yang Gegerkan Warga Surabaya
Suprayitno menuturkan, sejak disimpan di kantor kecamatan, belum ada warga yang melihat jenglot itu. Suprayitno juga tidak bisa memastikan keaslian sosok makhluk yang menyerupai manusia tersebut. "Kami tunggu barangkali ada yang merasa memiliki," katanya.
Lihat: Diamankan, Ribuan Lembar Uang Palsu dan Jenglot Seram
Sepanjang Tempo mewawancarai Suprayitno, bau anyir meruap di dalam ruangan berpendingin itu. Satu dua ekor lalat mengitari jenglot tersebut. Beberapa pegawai yang belum pulang ikut meriung sambil sesekali menutupi hidung. "Baunya enggak enak," kata seorang pegawai perempuan.
ARTIKA RACHMI FARMITA