TEMPO.CO, Surabaya - Pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dan Abdullah Azwar Anas yang maju dalam Pilkada Jawa Timur dinilai masih merepresentasikan kalangan santri atau relijius saja. Pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa itu, dianggap belum mewakili aspirasi pemilih Matraman oleh pengamat maupun partai politik lainnya.
Dalam Pilkada Jawa Timur, terbagi sedikitnya dua kelompok massa berdasarkan aliran politiknya. “Yakni massa nasionalis atau abangan dan massa relijius dari kalangan santri dan kiai,” ujar pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya Hari Fitriyanto kepada Tempo, Senin, 16 Oktober 2017.
Baca juga: Siapa Wakil Khofifah di Pilkada Jatim? Tunggu Hasil Tim Sembilan
Hari mengatakan, massa abangan identik dengan kultur Jawa yang kuat. Mereka tersebar di wilayah yang disebut Matraman alias sisi barat provinsi Jawa Timur; mulai Kabupaten Jombang, Madiun, Nganjuk, Ponorogo, Ngawi, Trenggalek, sampai Pacitan.
Sedangkan massa relijius bernuansa kultur santri, yang identik dengan Nahdlatul Ulama. “Kelompok hijau ini kuat di Madura dan wilayah Tapal Kuda, yakni Pasuruan, Bondowoso, Probolinggo, Jember, sampai Banyuwangi,” ucap dia.
Hari mengingatkan, baik pasangan Gus Ipul-Anas maupun Khofifah harus memperhatikan massa pemilih dari kaum abangan atau nasionalis ini. Hasil dari beberapa lembaga survei, kata dia, masih menunjukkan bahwa preferensi pemilih di Jawa Timur masih menginginkan pasangan nasionalis-santri atau santri-nasionalis. “Ini belum termasuk massa dari wilayah Arek; Surabaya, Malang, Sidoarjo, Gresik, dan sekitarnya lo,” tuturnya.
Sementara itu Partai Demokrat memaparkan, masyarakat wilayah barat Jawa Timur berharap kejelasan siapa pemimpin yang memikirkan kultur mereka. Meskipun NU memiliki basis massa terbesarnya di Jawa Timur, namun ada pula masyarakat di daerah Matraman yang sangat peduli dengan kulturnya. “Meskipun NU, tapi mereka Matraman yang ingin mempertahankan budaya. Mereka sangat peduli nanti siapa yang mengurusi wayangan, reog, campursari, dan lain-lain,” ucap Sekretaris DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Renville Antonio.
Baca juga: Pilkada Jatim, Saifullah-Khofifah Picu Perpecahan Kalangan Kiai
Pascapengumuman pasangan Gus Ipul-Anas, kata Renville, masyarakat Matraman tampak gamang lantaran keduanya berasal dari wilayah timur dan kalangan santri. “Meskipun dikawal PDIP, menurut kami tidak bisa begitu karena dari Surabaya ke Pacitan itu masih belum terwakili. Masyarakat butuh pemimpinnya, bukan partainya.”
Untuk itu, DPD Partai Demokrat Jawa Timur mencoba mengusulkan nama sosok calon pemimpin Jawa Timur yang merepresentasikan masyarakat Matraman di Pilkada Jawa Timur 2018. “Kami masih membuka radar dan mencari sosok tersebut. Akhir Oktober nanti mungkin baru disampaikan ke Majelis Tinggi,” ujar dia.