TEMPO.CO, Surabaya - Meski Jawa Timur kantong Nahdliyin, pengamat politik mengingatkan agar para kandidat dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) memperhatikan pula massa pemilih dari kaum abangan atau nasionalis. “Kelompok lain, seperti kalangan nasionalis, birokrasi, dan Muhammadiyah, suaranya tak bisa dianggap kecil,” kata pengajar ilmu politik Universitas Airlangga, Hari Fitriyanto, saat dihubungi Tempo, Ahad, 15 Oktober 2017.
Pemilihan Umum Gubernur Jawa Timur 2018 diprediksi menjadi pertarungan perebutan suara yang ketat. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) secara resmi mendeklarasikan duet kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Saifullah Yusuf dan Azwar Anas sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Keduanya sama-sama berasal dari kalangan religius atau santri.
Baca: Elektabilitas Saifullah-Azwar dalam Pilkada Jawa Timur Tertinggi...
Hasil beberapa lembaga survei, kata Hari, masih menunjukkan preferensi pemilih di Jawa Timur masih menginginkan pasangan nasionalis-santri atau santri-nasionalis. Dari sebaran geografis, kelompok abangan tersebar di wilayah Matraman, mulai Kabupaten Jombang, Ponorogo, Ngawi, Trenggalek, hingga Pacitan. Sedangkan kelompok religius atau santri tersebar di daerah tapal kuda mulai Bondowoso, Probolinggo, hingga Banyuwangi.
Menurut Hari, keberhasilan Gubernur Jawa Timur inkumben Soekarwo berkat dukungan pemilih dari kalangan nasionalis, terutama di wilayah Matraman. “Pakde Karwo (Soekarwo) juga termasuk memiliki soft power untuk mendekati kawan-kawan ideologisnya dan lawan-lawan politiknya.”
Sedangkan sosok Azwar Anas dinilai mampu memperkuat pasangannya, Gus Ipul. Anas dikenal sebagai bupati dengan berbagai inovasi pembangunan di Banyuwangi. “Citra positifnya tidak hanya dirasakan masyarakat Banyuwangi, tapi juga Jawa Timur dan Indonesia.”
Baca juga: La Nyalla Mengaku Dapat Dukungan Rizieq Shihab di Pilkada Jatim...
Kelebihan pasangan Gus Ipul-Anas itu bisa menjadi pekerjaan rumah pembangunan di era Soekarwo yang belum tuntas di daerah tapal kuda dan Madura. Sebab, indeks pembangunan manusia Jawa Timur yang terendah sering kali berada di sana. “Inilah yang bisa diambil Gus Ipul untuk memediasi dan menerjemahkan bahasa kebijakan menjadi bahasa-bahasa kultur santri,” ujarnya.
Adapun Partai NasDem dan Partai Golongan Karya mendukung Khofifah Indar Parawansa dalam pilkada Jawa Timur 2018. Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat, dan Partai Hati Nurani Rakyat belum mendeklarasikan dukungannya.
Namun Khofifah telah bertemu dengan sejumlah pemimpin partai untuk membicarakan pencalonannya, mulai Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dan Idrus Marham, Ketua Umum Hanura Wiranto, hingga Ketua Umum PPP M. Romahurmuziy.