TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Waryono Abdul Ghafur, membantah pihaknya telah melarang mahasiswa mengenakan pakaian ala Arab seperti cadar di kampus.
Sebelumnya, beredar informasi bahwa Waryono telah menyampaikan larangan itu dalam acara pembukaan kegiatan Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di UIN Sunan Kalijaga pada Rabu, 11 Oktober 2017. Acara tersebut diadakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Yogyakarta.
“Itu tidak benar. Karena belum ada aturan yang melarang mengenakan cadar di kampus ini,” kata Waryono saat dihubungi Tempo, Sabtu sore, 14 Oktober 2017.
Baca juga: Norwegia Larang Perempuan Muslim Gunakan Cadar
Berkaitan dengan pemberitaan pelarangan cadar di kampus, Waryono pun meluruskan, bahwa dalam acara dialog itu dia tengah menyampaikan tahapan pendidikan yang diterima mahasiswa di kampus tersebut sejak mahasiswa baru. Tahap pertama adalah pendidikan spiritualitas dan religiositas. Lantaran hidup di Indonesia, konsep spiritualitas dan religiositasnya menyesuaikan budaya yang berkembang di Indonesia. Waryono menilai, nilai-nilai keislaman itu kompatibel dengan spiritualitas dan religiositas yang berkembang dalam budaya Indonesia.
“Jadi mengapa mengimpor pakaian kearab-araban, seperti cadar kalau pakaian perempuan muslim Indonesia sudah menutup aurat?” kata Waryono.
Bagi Waryono, tak perlu perempuan muslim Indonesia mengenakan cadar atau pun laki-laki muslim mengenakan jubah. “Harus sadar kalau hidup di Indonesia,” kata Waryono.
Dia pun yakin akademisi dari jurusan Tafsir Hadist juga akan mendukung pernyataan, bahwa cadar dan jubah itu bagian budaya Arab. Sebagaimana salah satu wali, Sunan Kalijaga, dalam menyebarkan agama Islam tidak mengenakan jubah laiknya orang Arab. “Makanya bahaya kalau mengagamakan budaya, bukan membudayakan agama,” kata Waryono.
Sebelumnya, Waryono mengaku mendapat pengaduan dari pendamping mahasiswa difabel untuk tunarungu. Dalam berkomunikasi, difabel tunarungu terbiasa memahami komunikasi lewat gerak mulut lawan bicaranya. “Mereka enggak bisa berkomunikasi dengan yang memakai cadar, karena mulutnya tertutup,” kata Waryono.
Di sisi lain, kampus yang dulunya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga itu juga telah mempunyai tata tertib cara berpakaian bagi mahasiswa yang menutup aurat. Juga konsep Masjid UIN Sunan Kalijaga yang menerapkan keindonesiaan, keislaman, kemodernan, dan lokalitas yang saling terintegrasi dan interkoneksi.
Menurut Waryono, apabila mahasiswa yang mengenakan pakaian kearab-araban itu bersikap eksklusif dan radikal, barulah akan dikeluarkan aturan pelarangan. “Tapi saat ini belum. Baru mewaspadai,” katanya.