TEMPO.CO, Bandung - Pelaksana tugas Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rida Mulyana mengatakan sudah mulai ada suara miring yang meragukan soal naiknya aktivitas Gunung Agung di Bali.
“Kayak bohong-bohongan atau apa. Apalagi ini Bali, teman-teman tahu sendiri ini daerah wisata, takutnya mengurangi minat wisata. Kita sangat mengerti itu, tapi bukannya kami tidak mempertimbangkan itu, tapi semuanya berdasarkan data,” katanya di Bandung, Selasa, 11 Oktober 2017.
Baca juga: Soal Gunung Agung, Kepala PVMBG: Musim Hujan Mempengaruhi Lahar
Rida mengatakan, sehari sebelumnya, dia baru saja mengunjungi pos pengamatan Gunung Agung di Karangasem. Dari data pengamatan, gunung tersebut menunjukkan aktivitas yang belum menurun. “Jumlah kegempaan yang terjadi di sana, kalau saya menyebutnya sangat tinggi, masih ada 800 gempa sehari. Itu rata-rata. Itu kebanyakan gempa dangkal, berarti magmanya sudah dekat. Asap sudah keluar, itu tanda pelepasan energi sebagian,” ujarnya.
Tak hanya itu, perubahan fisik tubuh Gunung Agung juga mengindikasikan naiknya aktivitas gunung api tersebut. “Di sisi lain, gunungnya itu ngembung, jadi gemuk. Artinya kedorong oleh dorongan magma di bawah. Itu tanda-tanda gunung itu akan meletus. Kapan (meletusnya), belum ada yang tahu,” ucapnya.
Rida menuturkan sejumlah data pendukung itu yang menyebabkan status aktivitas Gunung Agung belum diturunkan. “Kami berkesimpulan masih tetap awas (level IV) statusnya. Dengan begitu, zona (radius) 9 kilometer sama (arah sektoral) 12 kilometer yang terdampaknya harus tetap diungsikan,” tuturnya.
Menurut Rida, zona bahaya itu sengaja ditetapkan untuk mengantisipasi dampak langsung letusan Gunung Agung. “Imbas bahaya yang langsung itu 9 kilometer sama 12 kilometer. Tapi dampaknya berupa abu. Jangankan Bali, Jawa mungkin juga ketutupan nanti, kan awan juga bisa ke sana kemari. (Letusan gunung) Tambora saja, yang bikin Napolen kalah itu (letusan) Tambora,” katanya.
Rida mewanti-wanti agar tidak ada seorang pun yang memasuki area berbahaya di Gunung Agung tersebut. “Jangan. Kalau kami rekomendasikan, jangan dulu masuk. Itu sangat bahaya,” ujarnya.
Dia menyesalkan sejumlah pihak yang masih memasuki area berbahaya itu, di antaranya warga Prancis yang nekat naik ke puncak, bahkan membuat videonya. Ada juga juru kunci Gunung Agung, Jro Mangku, yang sempat naik hingga ke dekat kawah Gunung Agung.
“Ada juga Jro Mangku naik ke atas. Begitu denger ada (suara) ‘ssshh’, begitu naik lagi, suaranya sudah kaya jet, asap. Sudah banyak bocorannya di sana. Terakhir beliau naik, suaranya sudah enggak kecil lagi, sudah bergemuruh luar biasa,” ucapnya.
Rida mengatakan semua pihak harus menyiapkan diri dengan risiko terburuk dari letusan Gunung Agung. “Kita harus siap-siap dengan (risiko) terburuk walaupun kita berharap yang baik,” tuturnya.
AHMAD FIKRI